YOGYAKARTA, iNews.id – Dua Negara Asean, Filipina dan Thailand ikut ambil bagian dalam Olimpiade internasional di bidang kedokteran atau Indonesian International Medical Olympiade (IMO) yang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, 16-19 Oktober 2018.
Wakil Dekan Bidang Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UGM Gandes Retno Rahayu mengatakan, IMO merupakan kompetisi bagi mahasiswa kedokteran paling bergensi yang dilaksanakn rutin oleh Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesai (ISMKI).
Tahun ini, ajang olimpiade itu diikuti Fakultas Kedokteran Kesehatan masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, serta 65 Fakultas kedokteran se-Indonesia dan dua dari luar negeri.
“Ada dua tim dari luar negeri yang berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Chiang Mai di Thailand dan Universitas De La Salle, Filipina,” kata Gandes, Rabu (17/10/2018).
Dia menjelaskan, selama tiga hari para peserta akan mengikuti uji pengetahuan dan keterampilan dalam bidang ilmu kedokteran. Penentuan pemenang ditentukan melalui tiga tahap seleksi. Namun peserta yang tidak lolos dalam babak penyisihan hingga semi final akan diikutkan dalam rangkaian seminar dan talk show.
“Olimpiade ini sebagai sarana untuk memperkuat diri dari sisi pengetahuan dan keterampilan agar bisa menjadi dokter yang unggul di negara masing-masing,” ujarnya.
Ketua Panitia IMO 2018 Yudo Wirawan mengungkapkan, ada enam cabang perlombaan yang akan diuji kepada seluruh peserta. Yakni pengetahuan soal jantung dan pernafasan, perkemihan dan kelamin, otot dan tulang, pencernaan, saraf dan kejiwaan, dan soal penyakit infeksi.
“Setiap peserta dinilai dari penguasaan mereka soal teori dan keterampilan mau pun penanganan kasus,” kata Wirawan.
Penentuan juara berdasarkan pengumpulan poin tertinggi yang didapat oleh tim peserta. Pemenang akan mendapat piala bergilir dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Tahun lalu diraih dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU).
Dosen Pendamping dari Fakultas Kedokteran Universitas Chiang Mai Thailand Kwanjik Duansonk mengatakan, timnya baru pertama kali ini ikut dalam kejuaraan tersebut. Baginya, kompetisi ini akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan daya saing anak didiknya di tingkat global. “Yang paling sulit dan menantang karena yang diuji merupakan pengetahuan dan skill,” ujarnya.
Sementara itu Dosen Universitas De La Salle Alex Bello mengatakan, kompetisi ini menjadi ajang untuk menambah jaringan yang lebih luas antara mahasiswa kedokteran di tingkat Asean. “Mereka bisa mengenal satu sama lain melalui hubungan pertemanan,” tuturnya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait