BANTUL, iNews.id - Nasib apes dialami oleh SJ (21) warga Kalurahan Srimulyo Kapanewon Piyungan, Bantul. Bersama temannya, KNI (23) warga Kalurahan Dadapayu, Kapanewon Semanu, Gunungkidul, keduanya menjadi korban penganiayaan sekelompok orang tak dikenal (OTK) usai menyaksikan pertandingan sepak bola antara PSIM Yogyakarta melawan PSCS Cilacap.
Menurut pengakuan SJ, penganiayaan ini terjadi pada Minggu (11/9/2022) malam, saat perjalanan pulang ke rumahnya usai menyaksikan pertandingan sepak bola di Stadion Sultan Agung Bantul. Saat itu dia berbpncengan sepeda motor dan melintas di Jalan Yogyakarta-Wonosari.
"Ya, kami hanya lewat saja. Mau pulang," tutur dia, Selasa (13/9/2022).
Dalam perjalanan pulang, keduanya sempat mampir di sebuah ATM di Wiyoro untuk mengambil uang. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Piyungan. Sampai di kawasan Sekar Suli, Berbah, Sleman mereka mendahului rombongan bermotor yang tak dikenal.
"Kami memang menyalip rombongan motor banyak," kata dia.
Tanpa disadari mereka dikejar dan sampai di Padukuhan Gandu, Berbah, mereka dipepet oleh rombongan bermotor tersebut. Salah satu dari mereka ada yang mengacungkan parang dan menyabetkan ke arahnya. Namun SJ bisa menghindar.
Korban akhirnya jatuh dari sepeda motor dan menjadi sasaran pengeroyokan. SJ mengaku mendapat sabetan senjata tajam di kepala namun tidak mengalami luka.
"Tumit kiri saya dijahit ada tiga jahitan. Ndak tahu karena jatuh dari motor atau karena senjata tajam,"kata dia.
Sedangkan temannya mengalami luka bacok di punggung dan dijahit 56. Usai menganiaya rombongan pelaku kabur ke arah timur atau ke arah Wonosari. Korban kemudian ditolong warga dan dilarikan ke puskesmas. Karena lukanya parah, temannya dirujuk ke RSPAU Hardjolukito dan menjalani rawat inap dua hari.
Saat perjalanan pulang ini, kedua korban mengenakan atribut PSIM. SJ Ia mengenakan syal PSIM sementara rekannya memakai kaos PSIM. Kedua korban tidak mengenali pelaku karena kondisinya gelap.
Dukuh setempat SH membenarkan salah satu warganya menjadi korban penganiayaan. Warganya memang kerap menyaksikan pertandingan bola, namun tidak menjadi basis salah satu klub. Meski begitu mereka hidup rukun.
"Jadi sini itu bukan basis suporter tapi suka mendukung bola. Ada yang pendukung PSS dan ada PSIM, dan mereka rukun,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait