Empat hal yang tidak boleh dilakukan di Jogja, mitos atau fakta? (Foto Ilustrasi : Antara)

YOGYAKARTA, iNews.id- Empat hal yang tidak boleh dilakukan di Jogja ini mitos atau fakta. Sebagai daerah tujuan wisata dengan adat dan budaya yang cukup kuat, ada beberapa pantangan yang mungkin bagi sebagian orang sukar untuk dilogika. 

Di Yogyakarta, ada beberapa pantangan yang harus diikuti oleh siapapun yang berkunjung. Lantas apa saja mitos larangan di Yogyakarta yang berkembang hingga saat ini dan harus diikuti saat berwisata ke Jogja? Berikut ulasannya.

Empat Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Jogja : 

1. Dilarang mengenakan batik motif larangan di Keraton Yogyakarta

Hal yang tidak boleh dilakukan di Jogja yang pertama adalah memakai batik motif tertentu saat di Keraton Yogyakarta. 

Setiap tempat pastinya memiliki larangan yang harus diikuti. Hal ini sebagai bentuk kearifan lokal sebagai nilai tersendiri untuk daerah tertentu. 

Salah satunya, ketika berkunjung ke Keraton Yogyakarta, bagi masyarakat umum dilarang mengenakan pakaian batik motif larangan seperti huk dan kawung. Bagi Keraton, motif batik memiliki makna filosofi dan hanya orang tertentu saja yang bisa mengenakan motif batik tersebut.

Motif Kawung, misalnya, hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota. Sebab, motif ini melambangkan pemimpin.

2. Dilarang mengenakan pakaian warna hijau saat berada di Pantai Parangtritis

Hal yang tidak boleh dilakukan di Jogja yang berikutnya adalah mengenakan pakaian warna hijau saat ke Pantai Parangtritis.

Mitos yang berkembang di Pantai Parangtritis adalah daerah ini dipercaya sebagai daerah kekuasaan Nyi Roro Kidul, penguasa pantai selatan. Konon, tokoh mistis ini sangat menyukai baju dengan warna hijau karena dianggap sebagai prajurit yang mendampinginya. 

Mitosnya, bagi pengunjung yang mengenakan pakaian warna hijau akan diambil. Bahkan, tidak sedikit cerita yang muncul, banyak orang dengan baju hijau yang berkunjung ke Parangtritis hilang terseret ombak. Tak jarang, jasadnya tidak bisa ditemukan.

3. Berkunjung ke Candi Prambanan dengan pasangan sebelum menikah

Pantangan ini berdasarkan cerita rakyat Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang. Diceritakan bahwa Bandung Bondowoso merasa ditipu oleh Roro Jonggrang ketika ingin menikahinya. 

Cerita ini diyakini akan membawa nasib buruk kepada pasangan sebelum menikah. Dikhawatirkan tulah dari Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang ini juga dialami oleh pasangan belum menikah yang berkunjung ke Candi Prambanan.

Banyak cerita pengalaman yang menyebutkan ketika ada pasangan sebelum menikah berkunjung akan putus di tengah jalan. Meski hanya mitos belaka, namun cerita ini sangat dipercaya oleh masyarakat Jogja dan sekitarnya.

4. Perempuan dilarang mengunjungi Candi Ratu Boko sendirian 

Mitos serupa juga berlaku di Candi Ratu Boko. Dimana, ketika ada ketika ada pasangan yang belum menikah akan putus ditengah jalan. 

Selain itu, perempuan yang berkunjung tidak diperkenankan datang sendirian. Karena dikhawatirkan perempuan tersebut akan sulit menemukan pasangan. Cerita ini didasarkan pada kisah Ratu Boko yang hampir mirip dengan Roro Jonggrang. Situs ini juga merupakan peninggalan kerajaan ayah Roro Jonggrang.

Dengan tempat yang saling berkaitan itu,  masyarakat juga ikut mengaitkannya dengan cerita Roro Jonggrang. Kisah ini juga dipercaya oleh masyarakat sebagai mitos terbentuknya seribu candi, alias Candi Prambanan.

Namun yang pasti, tempat ini akan terasa kurang pas jika hanya dikunjungi seorang diri. Tempatnya yang sejuk dan ada spot sunrise, pasti akan lebih menyenangkan jika dinikmati bersama keluarga maupun teman.

Nah itulah beberapa mitos larangan yang berkembang di Yogyakarta. Boleh dipercaya atau tidak, tetapi kearifan lokal semacam ini layaknya untuk dihormati terlebih sebagai tamu.


Editor : Ainun Najib

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network