GUNUNGKIDUL, iNews.id – Aksi kejahatan jalanan banyak melibatkan anak-anak remaja di bawah umur. Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Yogyakarta menengarai aksi ini banyak melibatkan geng sekolah.
Kepala LPKA kelas II Yogyakarta, Teguh Suroso mengatakan, saat ini mereka membina 26 anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Mereka kebanyakan terlibat dalam aksi kejahatan jalanan yang belakangan cukup marak di Yogyakarta.
Salah satu pemicu kejahatan jalanan ini adalah genk sekolah. Meskipun pihak sekolah menampik adanya geng sekolah namun hal itu selalu ada.
“Geng sekolah memang sudah ada sejak dulu, dan hanya ada di sekolah-sekolah tertentu. Sekolahnya ya itu-itu saja. Tidak pernah ada yang lain, di mana sekolah itu sudah terkenal genknya," kata dìa, Kamis (7/4/2022).
Keberadaan geng sekolah selalu ada dan langgeng karena ada proses regenerasi. Regenerasi sering dilakukan oleh alumni sekolah tersebut, yang merekrut anggota baru dari adik kelasnya.
Modus yang digunakan oleh alumni tersebut ialah dengan hampir setiap hari nongkrong di seputaran sekolah tempatnya dulu belajar. Dia akan mengamati adik kelasnya yang potensial untuk direkrut. Setelah itu, alumni tersebut melakukan pendekatan.
"Karena lulus sekolah kan nganggur. Lulusan sekolah itu kan bulan Juni-Juli, pendaftaran universitas baru Agustus-September, nah alumni ini nganggur kemudian nongkrong di dekat sekolah," kata dia.
Oleh karenanya, Teguh menyarankan agar ada sosialisasi konsekuensi hukum terhadap siswa jika mereka melakukan kejahatan jalanan. Di mana sosialisasi tersebut tidak hanya dilakukan ke siswa tetapi juga orangtua/wali murid.
Persoalan kejahatan jalanan seringkali dipicu masalah sepele seperti saling pandang ataupun saling mengegas sepeda motor mereka. Karena jiwa anak-anak masih labil maka mereka akan langsung terprovokasi, terutama karena mereka berkelompok.
"Makanya saya sarankan sosialisasi itu ya di sekolah itu-itu saja. Ndak usah sekolah yang lain dulu," ujarnya.
Di samping itu aksi kejahatan jalanan yang dilakukan oleh para remaja biasanya terjadi pada saat anak-anak tersebut libur ataupun justru pembelajaran jarak jauh. Di mana mereka cenderung berkeluyuran tanpa arah di malam hari.
Oleh karena itu pihaknya meminta kepada ada pihak sekolah dan juga orang tua siswa untuk sering-sering berkomunikasi. Jika perlu diperbanyak dengan kegiatan-kegiatan positif sehingga anak-anak tersebut sibuk berkegiatan di sekolah.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait