WASHINGTON DC, iNews.id – Amerika Serikat (AS) mengirimkan sisitem rudal antitank Javelin ke Ukraina. Negara adidaya itu juga mengirimkan bantuan militer lainnya dengan nilai 100 juta dolar AS atau setara Rp1,4 triliun.
Juru Bicara Pentagon (Departemen Pertahanan AS), John Kirby, Selasa (5/4/2022) waktu AS membenarkan tentang paket bantuan untuk Ukraina ini.
“(Bantuan keamanan ini) untuk memenuhi kebutuhan mendesak Ukraina akan sistem antibaja Javelin tambahan, yang telah disediakan Amerika Serikat ke Ukraina dan mereka telah menggunakannya dengan sangat efektif untuk mempertahankan negara mereka,” kata John Kirby.
“Ini adalah penarikan keenam peralatan dari inventaris Departemen Pertahanan AS untuk Ukraina sejak Agustus 2021,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, jika digabungkan dengan bantuan militer sebesar 300 juta dolar AS yang diumumkan Pentagon, Jumat (1/4/2022) lalu, total komitmen bantuan keamanan yang dikucurkan Amerika ke Ukraina sudah menembus 2,4 miliar dolar AS sejak awal Biden menjabat. Lebih dari 1,7 miliar dolar AS di antaranya digelontorkan Washington DC sejak awal rencana dan invasi Rusia pada 24 Februari lalu, kata Kirby.
Menurut dia, Amerika Serikat akan terus bekerja sama dengan para mitra di Ukraina.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan, pengiriman bantuan militer ke Ukraina, khususnya pasokan senjata mematikan oleh Barat, adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Sebab, distribusi senjata itu tidak terkendali dapat menimbulkan ancaman bagi negara-negara lainnya di Eropa.
“Pasokan senjata ke Ukraina adalah sebuah kesalahan, itu meningkatkan korban, tetapi tidak memengaruhi hasil operasi khusus Rusia di Ukraina,” kata militer Rusia.
Rusia memulai operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari. Operasi itu sebagai tanggapan atas permintaan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) kepada Moskow, agar memberikan mereka perlindungan terhadap serangan intensif oleh pasukan Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah di Donbas, yang memisahkan diri dari Ukraina.
Para pejabat Rusia mengatakan, tujuan operasi khusus itu adalah untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina. Mereka mengklaim warga sipil tidak dalam bahaya akibat operasi itu.
Menanggapi tindakan militer Rusia tersebut, negara-negara Barat meluncurkan kampanye sanksi yang komprehensif terhadap Moskow.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait