BANTUL, iNews.id – Kasus bayi stunting di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta (DIY) masih cukup tinggi. Data dari Kementerian Kesehatan RI, sekitar 22,89 persen anak menderita stunting di daerah tersebut.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul sendiri memiliki data yang berbeda. Hanya ada sekitar 9,7 persen dari 49.000 balita yang tercatat menderita stunting.
"Dibanding tahun 2013 sebenarnya kasusnya sudah turun. Dulu mencapai 26 persen," kata Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes Bantul, Anugrah Wiendyasari, di sela acara Semarak Hari Gizi Nasional ke-59 di Kabupaten Bantul, DIY, Senin (28/1/2019).
Bila dilihat dari kabupaten/kota lain di Provinsi DIY, Kabupaten Bantul menduduki urutan kedua dalam jumlah balita stunting tertinggi, setelah Kabupaten Gunungkidul yang mencapai 31 persen.
Sedangkan Kabupaten Kulonprogo sebesar 22,65 persen, dan Kota Yogyakarta 16,93 persen. Kasus stunting terendah ada di Kabupaten Sleman yang hanya mencapai 14,7 persen.
Namun, Dinkes Bantul membantah kalau angka penderita stunting di atas 20 persen. Justru dari hasil pendataan mereka, hanya ada 9,7 persen. Perbedaan jumlah ini, kata Anugrah, melihat sampel yang diambil.
Bupati Bantul, Suharsono, dalam acara Semarak Hari Gizi Nasional ke-59 di Kabupaten Bantul, DIY, Senin (28/1/2019).
"Dari kementerian, sampel hanya 164 sampel. Sedangkan dari dinas mencapai 49.000 dari 52.000 balita yang ada di Bantul," ujar dia.
Keberhasilan menekan kasus stunting, kata Anugrah, tidak lepas dari peranan organisasi perangkat daerah (OPD) yang yang konsisten dalam menangani masalah tersebut.
Menurut dia, agar terhindar dari stunting, harus ada tindakan dini dari bayi mulai dari dalam kandungan hingga usia 1.000 hari hari atau usia 2 tahun. Jika tidak, hal ini akan semakin sulit diatasi nantinya.
"Kecukupan gizi, vaksin dan termasuk sang ibu yang harus dibekali pengetahuan agar anak yang dilahirkan nantinya tidak mengalami stunting," kata Anugrah.
Sementara itu Bupati Bantul, Suharsono mengatakan, jumlah balita stunting di daerahnya memang terbilang tinggi. Karena itu, butuh intervensi dari pemerintah, di antarnya soal dukungan anggaran.
"Teknisnya saya serahkan ke dinas, tetapi kalau butuh anggaran tambahan saya akan menyetujuinya," ujar dia.
Orang tua, kata Suharsono, harus memahami jika anak adalah aset yang berharga bagi keluarga. Pemenuhan kebutuhan anak sejak dalam kandungan sangat penting agar nantinya setelah dilahirkan menjadi anak berprestasi.
Editor : Andi Mohammad Ikhbal
Artikel Terkait