korban ghosting (ilustrasi: iNews.id)

YOGYAKARTA, iNews.id – Banyak orang awam yang tidak mengetahui apa itu ghosting. Dalam Ilmu Psikologi, ghosting identik dengan perilaku menghindar yang terjadi dalam relasi romantis seperti pacaran

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah mada (UGM) Idei Khurnia Swasti, mengatakan perilaku ghosting jarang dibahas dalam perkawinan. Perilaku ini ditandai dengan sikap pelaku yang mulai menarik diri dari komunikasi. Pelaku akan sulit ditemui dan diajak komunikasi. Biasanya tidak membalas pesan, chat, ataupun telepon. 

“Biasanya akan banyak alasan untuk menghindar jika diajak membicarakan hal yang serius,” katanya.

Seseorang memilih menghilang begitu saja dari kehidupan orang lain, daripada merencanakan percakapan untuk mengakhiri suatu hubungan. Dari penelitian alah satunya dipengaruhi jenis kepribadian keterikatan dan pilihan strategi perpisahan. Bisa saja orang dengan tipe kepribadian yang menghindar (avoidant personality) ragu untuk membentuk hubungan atau sepenuhnya menghindari keterikatan dengan orang lain. 

“Metode tidak langsung untuk mengakhiri hubungan dengan ghosting ini,” kata Koordinator Bidang Psikologi Klinis, Magister Psikologi Profesi, Fakultas Psikologi UGM ini.

Ghosting juga bisa terjadi karena pelaku tidak tahu bagaimana cara mengkomunikasikan konflik dan mencari resolusi konflik. Kondisi ini biasanya diistilahkan dengan malas membahas atau malas ribut. Mereka beranggapan masalah akan terselesaikan sendiri seiring dengan berjalannya waktu. 

“Pemicu ghosting adanya perasaan tidak nyaman dalam relasi atau saat ada ketidakcocokan yang tidak bisa dikomunikasikan secara terbuka,” katanya.

Idei mengatakan, ghosting pada dasarnya adalah penolakan, hanya tanpa finalitas. Jadi tidak benar-benar ada kata selesai atau putus. Itu terjadi ketika seseorang berhenti menjawab teks atau panggilan telepon tanpa penjelasan lebih lanjut. 

Perilaku tersebut menimbulkan berbagai dampak seperti membuat korban merasa bingung, sakit hati, dan paranoid dikhianati ataupun menyalahkan diri sendiri. Perasaan tidak nyaman yang berkelanjutan tersebut dapat mengganggu fungsi hidup keseharian, misalnya menjadi malas makan dan beraktivitas, tidak mampu berkonsentrasi, dan penurunan performa kerja.

“Bagi korban Ghosting disarankan jangan merendahkan diri. Berhentilah untuk mengejar orang tersebut,” katanya. 
 


Editor : Kuntadi Kuntadi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network