JAKARTA, iNews.id - Terik siang Gunungkidul, Yogyakarta pada awal Januari 2022, perjalanan berkelok menemui salah satu inspirasi untuk kita semua di Dukuh Dondong, Kalurahan Jetis, Kapanewon Saptosari. Namanya sempat tenar, pemuda penyandang disabilitas tuna netra berusia 20 tahunan yang tengah menghafal 25 juz Al-Qur’an menjadi perhatian publik beberapa waktu lalu.
Ketenaran Rahmat Amrozi, santri Penghafal Al-Qur’an inspiratif, membuatnya agak menahan diri untuk bertemu media apapun untuk meliput dirinya. Simpang siur berita yang beredar viral dirasa telah menyudutkan dirinya dan gurunya yakni Kiai Yusuf Mansur.
Pertemuan siang itu hampir sempat tertunda karena Rahmat Amrozi menahan semua media yang ingin meliput, namun identitas kami sebagai tim Daarul Qur’an pun meluaskan hati Rahmat untuk memberikan izin silaturahim sekaligus verifikasi berita miring yang tengah beredar.
“Umrah itu panggilan Allah. Kalau kita sudah dipanggil pasti kita akan ke sana. Kalau sekarang belum, berarti Allah belum memanggil kita," tegas Rahmat di awal pertemuan. Ia pun menambahkan bahwa ikhtiar dan azamnya menghafal Al-Qur’an hingga 30 juz tidak terpengaruh pada liputan media, hadiah umroh, atau hal materi lainnya. Motivasinya bukan pada penilaian banyak orang, tapi hanya untuk meraih ridho Allah SWT..
Pertemuan Rahmat dengan Kiai Yusuf Mansur di sebuah helatan Tabligh Akbar di Ngloro, Gunungkidul pada 2010 sangat menyemangatinya sepanjang perjalanan menghafal Al-Qur’an.
Syahdan. Perjalanan panjang Rahmat Amrozi dalam menghafal Al-Qur’an bermula dari usia 7 tahun yang sudah bercita-cita ingin menjadi pengajar Al-Qur’an. Rahmat belajar Al-Qur’an dengan metode sima’iyyah (mendengar) bersama Mbah Budi di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di dekat rumahnya.
Putus sekolah dasar karena rundungan kawan-kawan Rahmat dahulu sempat membuat orang tua Rahmat khawatir. Kekhawatiran orang tua Rahmat pada aktivitas pendidikan dan pembelajaran Rahmat yang akhirnya menuntunnya menyeriusi untuk menghafal Al-Qur’an sejak kecil.
Ayat demi ayat dan waqof demi waqof dibacakan Mbah Budi secara berulang 3 sampai 7 kali kepada Rahmat sampai menghafalnya dengan baik. Selesai menghafal 1 juz, Rahmat pun mulai menyimak MP3 Al-Qur’an untuk menambah dan mempercepat hafalannya pada tahun 2013. "Alhamdulillah, sampai hari ini saya hafal juz 1 sampai 23, juz 29, dan juz 30. Jadi total 25 juz Al-Qur’an," kata Rahmat.
Sampai hari ini, Rahmat telah mendapatkan berbagai sertifikat untuk hafalan Al-Qur’annya, termasuk beberapa sertifikat dari PPPA Daarul Qur’an dari beberapa kali agenda Wisuda Akbar Indonesia Menghafal Qur’an beberapa tahun silam. Prestasi Rahmat dalam berbagai kejuaraan Menghafal Al-Qur’an juga sangat menyemangati kita semua.
Rahmat adalah juara tilawah terbaik se-DI. Yogyakarta pada tahun 2020 dan 2021. Pada kejuaraan Tahfidz 1 juz, Rahmat pernah menjadi yang terbaik, namun akhirnya didiskualifikasi karena umurnya melebihi batas syarat.
Rahmat pun sangat lihai dalam mengoperasikan komputer dan juga seni tarik suara, dan pernah mewakili Indonesia bersama 8 orang penyandang disabilitas lainnya dalam kejuaraan Global Eye Competition. Tabik.
Di pengujung pembicaraan, Rahmat mendoakan kesehatan dan keberkahan untuk Kiai Yusuf Mansur agar tetap bisa meneruskan langkah dakwah Al-Qur’an.
Rahmat pun menambahkan keinginannya dalam waktu dekat pada tim PPPA Daarul Qur’an, “saya ingin menyelesaikan 30 juz hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dari Mbah Dimyati Banten.”
Azam (keinginan kuat) Rahmat disambut baik oleh tim PPPA Daarul Qur’an untuk membantu merealisasikannya. Insyaallaah, Ramadhan 1443 H nanti, Rahmat sekeluarga dan juga Mbah Budi menjadi salah satu dari ribuan penerima manfaat program karitas serta pendidikan dari PPPA Daarul Qur’an karena kisah, perjuangan, dan inspirasi kehidupannya. Aamiin.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait