GUNUNGKIDUL, iNews.id- Minyak goreng masih menjadi barang langka di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Warga dari berbagai kecamatan hampir setiap pagi rela antre di gudang distributor minyak goreng di ibu kota kabupaten, Wonosari.
Tak sedikit dari mereka yang sengaja datang ke Kota Wonosari selepas subuh hanya untuk antre mendapatkan minyak goreng. Padahal gudang distributor baru buka jam 08.00 WIB. Di depan gudang distributor, mereka menata sendal sebagai tanda nomor antrean.
Sutarti, warga Jonge Kalurahan Pacarejo Kecamatan Semanu terpaksa berangkat selepas subuh untuk mengantre mendapatkan minyak goreng seharga Rp14.000 perliternya. Dia harus menempuh perjalanan sejauh 7 kilometer menuju ke gudang distributor yang berada di Kalurahan Baleharjo Kecamatan Wonosari. "Ya gimana. Kalau ndak berangkat pagi nanti ndak kebagian antrian," ujarnya, Sabtu (5/3/2022).
Sutarti mengaku terpaksa antre selepas subuh karena di gudang distributor minyak goreng Baleharjo hanya dibatasi 75 karton setiap periode antrian. Dia sering tidak mendapatkan antrean karena berangkat terlalu siang.
Di gudang distributor tersebut, setiap orang hanya mendapat jatah 1 karton dengan harga Rp14.000 perliter. Sutarti sengaja berburu minyak goreng hingga ke ibukota kabupaten karena di dekat tempatnya tinggal harga minyak goreng mencapai Rp21.000 perliternya. "Ya harus antre kalau tidak harganya mahal," kata dia.
Antrian untuk membeli minyak goreng juga tampak di sebuah gudang sembako di kawasan Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari. Di Gudang ini, ada dua kali kuota yang mereka keluarkan setiap harinya, setiap pagi jam 08.00 dan siang jam 11.00 WIB.
Namun kuota yang disediakan setiap gelombangnya sangat terbatas di mana masing-masing hanya menyediakan 75 karton. Setiap warga yang mengantri hanya diperkenankan membeli paling banyak 1 karton.
Tak jarang, meski sudah antre lama, banyak yang tidak kebagian kuota minyak goreng yang dijual. Mereka terkadang harus antri beberapa kali agar mendapatkan minyak goreng yang diinginkan.
"Saya antre lama tapi ternyata stok habis, jadi tidak kebagian," ujar Yanti, seorang pedagang gorengan warga Kalurahan Candirejo Kapanewon Semanu.
Hal senada disampaikan oleh Sutris, warga Karangasem, Kapanewon Ponjong. Dia mengaku jauh jauh dari Ponjong untuk membeli minyak kemasan seharga Rp14.000 rupiah per liter. Namun ternyata stok minyak goreng di gudang yang berlokasi di Kalurahan Baleharjo ini juga sudah ludes dan dia tidak kebagian kuota.
Akibat sulit mendapatkan minyak goreng, sudah dua hari ini dia terpaksa tidak berdagang. Karena sudah dua hari ini ia juga.tidai mendapatkan kuota. Sutris memutuskan, dia tidak akan menunggu untuk ikut antrean, karena stok minyak tidak tahu kapan datangnya lagi.
"Pulang saja, mau ikut antre juga tidak jelas kapan datangnya, coba nanti saya cari di Pasar Ponjong, walau harganya Rp20.000 dan harus disertai membeli tepung, ya bagaimana lagi, saya sudah dua hari tidak berdagang," ujarnya lesu.
Intan, wanita berumur 27 tahun asal Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah misalnya. Ibu satu anak ini terpaksa harus pergi ke Baleharjo Kapanewon Wonosari Gunungkidul untuk mendapatkan sekarton minyak goreng.
Ibu dari anak berumur 5 tahun ini rela berangkat dari rumahnya pukul 06.00 WIB ke Gudang Sembako yang berada di tepi jalan Wonosari-Semanu ini. Dia harus mengajak serta anaknya karena di rumah tidak ada yang menemani. "Ya harus saya ajak. Di rumah tidak ada yang momong,"ujar Intan saat ditemui di lokasi antrian.
Namun sayang, sampai di lokasi gudang sembako tersebut sudah banyak yang mengantre. Ternyata ia sendiri tidak kebagian antrean sehingga tidak bisa mendapatkan minyak yang diinginkannya, sehingga ia terpaksa gigit jari.
Saat tiba di lokasi gudang, ternyata antreannya sudah habis. Karena setiap antrian hanya mengalokasikan 75 karton di mana satu orang hanya diperkenankan mendapatkan 1 karton saja. Dan saat intan datang, sudah ada 78 orang yang antre.
Kunto, salah seorang pedagang di pasar Argosari, Wonosari mengaku 3 hari ini tidak menjual minyak goreng kemasan. Kunto menyebut, saat ini dia terpaksa tidak menjual minyak goreng, karena kesulitan untuk 'kulakan' di grosir grosir. "Carinya sulit, jika ada maka belinya harus memakai syarat," ujar Kunto ditemui di lapak pasarnya.
Syarat yang dimaksud, lanjut Kunto, jika membeli satu karton minyak goreng kemasan, maka harus membeli juga satu karton tepung kemasan, atau satu karung gula pasir.
Kunto menyebut, dia sendiri tidak tahu mengapa bisa terjadi seperti ini. Dia juga tidak tahu mengapa grosir grosir menerapkan aturan ini.
"Harga satu karung gula pasir kan rata rata Rp625.000, satu karton minyak goreng seharga Rp168.000, jadi kan modal untuk kulakan minyak jadi besar, iya kalau kita pas butuh gula pasir, kalau tidak kan modal jadi terhenti di barang," lanjut Kunto dengan nada gusar.
Dengan itu, lanjut Kunto, maka banyak pedagang pedagang di pasar Wonosari seperti dirinya memilih untuk tidak 'kulakan' untuk stok minyak kemasan.
Kunto menyatakan bahwa saat ini dia memilih untuk menunggu perkembangan dulu. Dia memilih memutar uang modalnya untuk komoditas bahan pokok yang lain.
Langkanya minyak goreng ini, menurut Sigit Haryanto, Kepala Seksi Distribusi, Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan Gunungkidul, salah satu penyebabnya karena kebijakan satu harga yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
"Keterbatasan stok minyak goreng memang terjadi di hampir semua tingkatan, terutama untuk yang minyak kemasan satu harga, baik di swalayan, toko modern, hingga distributor," kata Sigit.
Untuk stok di pasar tradisional, lanjut Sigit ada beberapa yang masih tersedia, meski harganya tidak sesuai dengan Kebijakan satu harga yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
"Pemerintah pusat menetapkan per liter Rp14.000, di pasar tradisional dijual kisaran Rp15.000 sampai Rp20.000 per liter sesuai merk serta kebijakan tiap penjual," lanjut sigit
Sigit menyebut, sebetulnya secara kondisi ekonomi, harga minyak memang sedang naik. Dia tidak menampik bahwa Kebijakan satu harga oleh pemerintah pusat ini akhirnya berpengaruh pada kelangkaan stok minyak goreng kemasan. "Ya bagaimana lagi, produsen minyak hingga distributor tentu juga tidak ingin merugi,"terangnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait