Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. (Foto: Istimewa).

BANTUL, iNews.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, pemicu gempa bumi magnitudo 6,0 di Bantul karena adanya tumbukan lempeng Samudra Indo-Australia atau Samudra Hindia di bawah lempeng eurasia atau di bawah Pulau Jawa. Gempa akan terus terjadi karena lempeng masih aktif.

Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala BMKG Dwikorawati Karnawati saat mendampingi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X saat meninjau beberapa kerusakan dampak gempa di Gunungkidul dan Bantul, Sabtu (1/6/2023).

"Nah itu maka ada energi yang terlepas akibat tumbukan tadi dipicu oleh adanya bagian yang patah dari proses tumbukan tadi," ujar Dwikorawati.

Dia menyampaikan, karena bebatuannya cukup terjal sehingga gempa-gempa susulan ini relatif jumlahnya. Saat ini, kata dia gempa susulan sudah tidak banyak, semakin jarang dan kekuatannya semakin melemah. 

Menurutnya, tren gempa susulan setelah gempa kemarin terus menurun dan semakin jarang. Selang waktunya, lanjut dia semakin jarang dan kekuatannya semakin melemah sampai terendah magnitudo 2,8. Gempa itu tidak dirasakan oleh manusia, hanya dirasakan oleh alat saja.

"Sehingga semakin stabil lah bahasa mudahnya. Kita catat tadi terakhir masih 47 kali (gempa susulan)," ucapnya.

Dia mengungkapkan, gempa lain bisa saja terjadi karena potensi zona subduksi selatan laut Jawa yang saat ini terus saja aktif. Beberapa kejadian gempa tidak hanya di wilayah selatan DIY, tetapi di beberapa titik itu terus terjadi.

BMKG terus mencatat adanya gempa-gempa lain. Gempa semacam ini kemungkinan masih akan terjadi lagi karena zonanya aktif, namun kekuatannya belum bisa diprediksi. 

Selain itu, BMKG juga memprediksi yang tertinggi itu misalnya megathust, kekuatannya sampai magnitudo 8,8. "Itu Kemungkinan yang tertinggi. Tapi semoga tidak terjadi. Kemungkinan ada, potensi ada. potensinya masih ada lah, masih aktif," katanya.

Dia juga menuturkan, kemungkinan terjadi patahan akibat tumbukan lempeng tadi malam karena akibat tumbukan antarlempeng tersebut menjadikan lempeng melengkung. Saat patah, energinya akan terlepas karena sebelumnya sudah terakumulasi dan tidak bisa keluar 

"Nah ini kan lengkung ini, yang lengkung ini patah ya yang kontak numbuk ini patah ke atas gitu. Nah waktu patah itu energinya yang tadinya terakumulasi saat numbuk ini kan terakumulasi energi enggak bisa keluar, tapi begitu ada patah ada celah untuk keluar maka dirasakan sebagai gelombang gempa," katanya.

Dia membandingkan pada 2006, sebenarnya episentrum sedikit lebih besar, namun karena pusat gempa di tengah laut dengan kedalaman 67 kilometer dampaknya tidak seperti gempa magnitudo 5,9 Tahun 2006. Kala itu pusat gempa berada di daratan dan kedalamannya hanya 12 kilometer

"Jadi kurang lebih magnitudonya sama hanya posisinya yang di darat dan di laut itu. Dan tidak cukup untuk membangkitkan tsunami, kekuatan enam itu belum cukup untuk membangkitkan tsunami meskipun patahannya naik," ucapnya.

Selain itu, disampaikan zona gempa ini pada 2009 lalu karena berada lebih ke timur. Saat itu berada lebih barat di Pantai Pangandaran. Kekuatan gempa 2009 lebih besar sehingga memicu tsunami setinggi tujuh meter.

Dia menuturkan, lempeng itu panjang sekali dari sebelah barat Aceh terus sebelah barat Sumatera melewati selatan jawa sampai ke timur, ke NTT. Di sepanjang zona ini secara bergantian terjadi gempa-gempa itu karena zona-zona tersebut bergerak terus sehingga aktivitas numbuk itu jalan terus. "Sudah jutaan tahun jalan terus," ucapnya.


Editor : Kurnia Illahi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network