KULONPROGO, iNews.id – Permasalahan anak stunting (kerdil) masih menjadi permasalahan serius yang dihadapi beberapa daerah di Indonesia. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggandeng Kementerian Agama untuk melakukan pencegahan sejak dini melalui edukasi kepada calon pasangan pengantin.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan stunting muncul. Tidak hanya masalah kurangnya asupan makanan yang bergizi namun juga pemahaman orang tua dan penanganan pasca persalinan juga ikut menentukan.
Untuk mencegah stunting semua elemen harus ikut terlibat dalam pencegahan secara bersama-sama. Hal ini bisa dimulai dengan mengedukasi pasangan calon pengantin, ibu hamil hingga pasca persalinan sampai dengan 1.000 hari pertama kelahiran.
“BKKBN tidak bisa bekerja sendiri mengatasi stunting, semua kementerian/lembaga harus bersinergi,” kata Hasto, senin (27/9/2021).
BKKBN telah menggandeng Kementrian Agama untuk sama-sama melakukan edukasi pada calon pengantin. Harapannya tiga bulan sebelum melakukan pernikahan dilakukan penilaian status gizi secara virtual sehingga setelah menikah calon ibu sudah siap secara fisik dan mental. Ketika melahirkan akan memunculkan generasi emas yang bebas dari stunting.
“Ada banyak inovasi dalam rangka penurunan stunting di Kulonprogo, ada pengembangan aplikasi BumilKu dan Matahatiku untuk pemantauan stunting, Kencana Passalinku untuk peningkatan kesertaan KB Pasca Salin, pengembangan padi jenis Nutrizink yang bisa mencegah stunting,” kata mantan Bupati Kulonprogo ini.
Deputi Koordinasi Bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pengembangan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto mengapresiasi Pemkab Kulonprogo yang sudah bekerja keras, bersinergi dan berhasil menurunkan angka stunting, dengan kampung berkualitas (KB).
Peran PAUD, Posyandu dan kegiatan berbasis masyarakat harus terus digalakan kembali dalam suasana pandemi Covid-19, Sehingga permasalahan di kesehatan masyarakat semakin baik.
“Untuk menurunkan stunting perlu kerja sama antar mitra dalam sistem kesehatan, melibatkan semua unsur,” katanya.
Permasalahan stunting terbesar ada di 5 Provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, NTB dan NTT. Permasalahan mereka adalah masih kurangnya asupan gizi kepada anak, rendahnya pendidikan orang tua, kurangnya tenaga kesehatan.
Bupati Kulonprogo Sutedjo mengatakan, Pemkab Kulonprogo terus berupaya menekan angka stunting. Pada 2018 kasus stunting masih 14,31 persen dan saat ini tinggal 11,8 persen di 2021.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait