Pengukuran kepengurusan FKJR periode 2022-2027. (Foto: istimewa)

BANTUL, iNews.id - Forum Komunikasi Jogja Raya (FKJR) atau dikenal sebagai Forum Komunikasi Jogja Rempug (FKJR) mengajak pendatang untuk menjunjung etika dan budaya santun selama di Yogyakarta. Kota Yogyakarta sebagai kota budaya dan pendidikan bukan ajang tempat untuk berkelahi. 

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) FKJR DIY, KRHT Ruspudiyo Dipuro mengatakan, pihaknya prihatin dengan keributan yang berakhir dengan kerusuhan di Babarsari, Sleman. Kejadian ini tidak boleh terulang lagi dan semua pihak harus ikut menjaga suasana Yogyakarta yang kondusif. 
 
"Seperti apa yang pernah disampaikan oleh Ngarso Dalem (Sri Sultan HB X), Jogja tidak untuk tempat berkelahi," kata dia usai pengukuhan dan pelantikan DPP FKJR DIY di Piyungan, Minggu (18/7/2022).

FKJR merupakan gabungan berbagai ormas yang berasal dari Yogyakarta. Mereka menginginkan Yogyakarta tetap nyaman dan jauh dari kerusuhan. Mereka akan selalu menghormati pendatang agar para mahasiswa bisa nyaman belajar di Yogyakarta.  

“Semuanya haris ikut menjaga agar Yogyakarta tetap damai, aman dan nyaman,” katanya.

Jika ada pendatang yang berbuat keributan, mereka akan bekerja sama dengan TNI/Polri untuk mencari solusi yang terbaik. FKJR konsisten untuk menjaga kedamaian DIY baik di tingkat pusat di tingkat korwil maupun semua anggota di tingkat bawah 

"Kita junjung tinggi etika jangan sampai meresahkan masyarakat seolah-olah kita ini adalah satu perkumpulan jawara yang tidak teratur," ujarnya.

Jika ada anggota FKJR yang menyalahgunakan wewenangnya karena baju adat, maka pihaknya tidak akan segan-segan menindak dengan keras kepada semua anggota. Ia menandaskan jika FKJR memiliki kewajiban menjaga keamanan dan kenyamanan DIY.

Ketua Dewan Pendiri FKJR Kusnanto mengatakan, organisasinya memiliki kewajiban untuk menjaga keamanan DIY. Beberapa waktu lalu telah menjadi mediator untuk menyelesaikan permasalahan yang ada agar Yogyakarta tetap aman. 
  
"Jangan sampai terulang kembali peristiwa tersebut," ujarnya 

Menurutnya, Yogyakarta dikenal dengan keanekaragaman budayanya, karena hampir semua adat ada di Yogyakarta. Hal ini menjadikan Yogyakarta dikenal sebagai barometer Indonesia karena beragam suku dan etnik yang ada. 

Menurutnya, organisasi ini muncul dengan menguatnya pandangan jika masyarakat Yogyakarta direduksi menjadi minoritas di kampung halamannya. Hal ini terjadi karena ada konflik komunal antar etnis yang dianggap sebagai ancaman eksistensial terhadap identitas dan budaya. Selain itu, juga dipicu maraknya usaha hiburan serta suburnya usaha jasa keuangan maupun pembiayaan. 

“Keprihatinan atas ancaman itulah mejadi dasar utama terbentuknya ormas Forum Komunikasi Jogja Raya untuk mendukung situasi Kamtibmas Yogyakarta agar tetap kondusif," ujarnya

Dua bulan lalu, FKJR mendapat legalitas dari pemerintah. Mereka berkomitmen sebagai ormas independen, tidak berpolitik secara langsung, dengan visi misi sosial dan pemberdayaan masyarakat.  

“FKJR sudah sering melakukan aksi sosial berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan,” katanya.


Editor : Kuntadi Kuntadi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network