YOGYAKARTA, iNews.id - Dua mahasiswa asal Batam Gb dan Rj yang indekos di Kapanewon Banguntapan, Bantul menjadi korban kejahatan jalanan atau klitih di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Selasa (7/2/2023) pagi. Lantaran emosi di jalan, pelaku menganiaya korban dengan senjata tajam.
“Kejadiannya sekitar pukul 04.00 WIB, Selasa kemarin,” ujar Gb yang dihubungi melalui akun media sosialnya.
Menurut dia, saat kejadian dirinya hanya membonceng motor yang dikendarai Rj. Mereka baru saja main di Jalan Magelang dan bermaksud pulang ke tempat kosnya, menyusuri Jalan Malioboro.
Saat di Jalan Malioboro ini muncul pelaku yang berbaju oranye seperti dalam video. Korban tidak tahu dari mana pemuda ini muncul, namun saat mengendarai motor dia berjalan zigzag memotong jalan dari kiri langsung ke kanan.
Lantaran kaget Rj yang berada di depan berteriak. Pemuda itu justru tidak terima dan memaki kedua korban menggunakan Bahasa Jawa. Pelaku kemudian menghampiri kedua korban sembari memepet sepeda motor yang mereka kendarai.
"Awalnya pelaku itu memang sendiri. Saat memepet kami itu, dia (pelaku) terus berteriak menggunakan bahasa Jawa. Teman saya terus ngomong Mas tolong bahasa Indonesia saja baik-baik. Kami tidak mengerti bahasa Jawa," kata dia.
Pemuda tak dikenal tersebut terus melakukan provokasi dan mengajak ribut keduanya. Namun keduanya tidak meladeni karena di tempat ramai. Pelaku kemudian berusaha mengambil kunci motor milik korban namun berhasil diambil kembali oleh Rj.
Setelah itu pelaku mendahului korban. Pelaku ternyata menunggu kedua korban dan berhenti di kawasan titik Nol Kilometer.
"Tiba-tiba pelaku tancap gas kemudian menabrak sepeda motor kami sehingga jatuh. Kemudian temen saya, Rj berkelahi dengan pelaku," kata dia.
Setelah itu pelaku kemudian melarikan diri, Gb lantas berusaha menenangkan rekannya Rj yang masih emosi. Namun selang 5 menit kemudian pelaku berbaju orange tersebut kembali lagi bersama dengan 5 atau 6 orang rekannya.
"Pelaku yang di Malioboro itu langsung menunjuk ke kami. Dia bilang ini yang mengeroyok saya," kata dia.
Kedua korban kemudian terpisah, 3 orang pelaku mengejar Rj yang lari ke arah Taman Pintar. Sementara 3 lagi mengejar Gb yang lari ke arah Malioboro. Gb mengaku terus dipukuli dan berusaha melarikan diri dengan berlari mundur.
Gb tidak melihat 3 orang yang menganiayanya membawa senjata tajam. Gb kemudian melihat rekannya Rj dikeroyok bertiga. Dan saat itu Rj melihat sepeda motornya masih menyala dan mau dibawa oleh pelaku. Rj kemudian lari ke arah motor hendak mengambil kuncinya.
"Kami awalnya tidak tahu kalau mereka bawa senjata. Pas ambil kunci itu dikeluarkanlah senjata dan dibacoklah teman saya,” kata dia.
Gb kemudian berusaha menarik Rj untuk menyelamatkan diri. Namun pelaku terlanjur mengayunkan celuritnya. Untungnya bacokan tersebut mengenai helm meski sempat menyerempet bahu kanannya.
"Rekan saya Rj hanya ada luka kecil goresan di bahu," kata dia.
Gb mengaku dari 5 atau 6 pelaku itu ada dua yang membawa senjata, satu celurit dan satu lagi senjata bentuknya agak panjang. Senjata tersebut sebelumnya di simpan di balik baju.
Gb mengatakan, saat kejadian pertama di jalan Malioboro sebetulnya masih dalam keadaan ramai. Begitu kejadian kedua di kawasan Titik Nol Kilometer, tetapi ketika rombongan pelaku datang sambil ribut-ribut warga pergi.
"Saya Ndak sempat meminta tolong," kata dia
Hanya saja rekannya, R usai kejadian hendak menelpon seseorang namun ternyata pelaku melihatnya dan kembali menghampiri R. Pelaku berusaha merampas telepon yang dibawa R namun tidak berhasil.
Usai peristiwa tersebut para pelaku langsung kabur dan kedua korban juga berusaha mencari aman dengan kembali ke Jalan Malioboro. Keduanya kemudian menghubungi rekan-rekan mereka untuk meminta dijemput.
"Kemudian kami dijemput. Sampai Banguntapan itu hari sudah terang," tutur dia.
Dia mengaku tidak langsung melaporkan peristiwa tersebut karena panik. Yang ada dalam pikiran keduanya adalah bagaimana agar selamat terlebih dahulu. Di samping itu dia juga tidak mengetahui ada seseorang yang merekam aksi penganiayaan tersebut.
"Kami malah Ndak tahu kalau direkam," kata dia.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait