BANTUL, iNews.id-Sebuah dusun di Kabupaten Bantul ini dulu menjadi lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) istri Anies Baswedan, Fery Farhati semasa kuliahnya di Universitas Gadjah Mada (UGM) dulu. Nama dusun itu adalah Dusun Jambon, Kalurahan Bawuran, Kapanewon Pleret, Bantul. Lokasinya masih terpencil karena berada di daerah perbukitan.
Dusun ini berada tak jauh dari jalan menuju Kecamatan Dlingo Bantul jika dari arah Pleret. Rute menuju Dusun Jambon sama dengan Puncak Sosok, objek wisata alam yang sedang nge-hits di Yogyakarta. Karena memang lokasinya berada di Dusun Jambon. Dusun ini tak jauh dari TPST Piyungan, dari atas Pucak Sosok ini gunung sampah terlihat jelas.
Namun, kala itu Puncak Sosok masih menjadi hutan belantara ketika Fery Farhati menjalani KKN. Ketika itu, Fery Farhati dkk datang pada tahun 1994, kondisi di Dusun Jambon masih serba susah."Itu sudah 28 tahun yang lalu," kata Dukuh Jambon, Guswanto saat menceritakan awal mula kedatangan KKN Fery Farhati.
Selama menjalani KKN, Fery Farhati dkk tinggal di rumah Guswanto dua bulan lamanya. Tak seperti sekarang, kondisi Dusun Jambon kala itu sangat terpencil, jalanan tak bisa dilalui oleh kendaraan besar seperti mobil. Bahkan, masih jarang warga yang memiliki kendaraan sepeda motor.
Warga masih kerap datang ke sungai untuk keperluan MCK di bawah pemukiman dekat Kali Pesing. Guswanto mengaku masih ingat ketika rombongan KKN Fery datang ke Jambon, hanya duduk di depan rumah."Awal-awal datang itu hanya theloh-theloh (duduk terbongong-bengong) karena mungkin melihat kondisi dusun yang saat itu memprihatinkan," ujarnya.
Tak butuh waktu lama bagi Fery dan kawan-kawannya untuk beradaptasi dengan masyarakat sekitar. Beberapa program kerja mulai dikerjakan, seperti kerja bakti, perbaikan jalan, pembuatan bak penampungan air, dan lainnya.
Bahkan, kata Guswanto, bak penampungan air itu hingga kini masih digunakan, lokasi ada di RT 3 Jambon. Saat ini digunakan untuk tempat wudhu musala."Bak penampungan air itu desain dari teman Mbak Fery, Samsul Purba yang juga turut membangun Sirkuit Mandalika," ucapya.
Sejak kedatangan Fery Farhati bersama rombongan KKN-nya, Guwanto mengatakan, banyak progam kerja nonfisik yang mengesankan. Fery bersama 5 orang temannya berhasil memotivasi warga untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
"Paling tinggi dulu itu SD atau SMP, namun setelah mendapat motivasi dari Fery, warga di Dusun Jambon banyak yang menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi," ujarnya.
Guswanto juga bersyukur, berkat Fery dkk, kedua anaknya sudah lulus perguruan tinggi." Alhamdulillah dua anak saya sudah lulus kuliah," ungkapnya.
Bagi warga Dusun Jambon, kehadiran Fery Farhati dan 5 temannya cukup memberi kesan mendalam. Meski sudah 28 tahun berlalu, warga masih mengenang sosok Fery Farhati."Dusun ini sering dijadikan lokasi KKN baik dari UGM maupun kampus lain," ucap Guswanto.
Selama dua bulan menjalani program KKN di tempat Guswanto. Dua bulan itu pula Fery dkk makan dan minum di rumah itu. Guswanto masih ingat salah satu menu makan yang disukai Fery Farhati adalah oseng-oseng tempe buatan istrinya."Menu makan harian gonta-ganti, tapi oseng-oseng tempe itu yang jadi favoritnya Mbak Fery," katanya.
Sebetulnya, kata Guswanto, menu oseng tempe buatan istrinya tak jauh berbeda dengan oseng tempe pada umumnya. Di rumah makan, warung bahkan angkringan sekalipun.
"Mungkin yang membedakan karena cara meraciknya, dibuat dengan senang hati dan ikhlas oleh istri saya," ujarnya.
Menurut Guswanto, selama Fery menjalani KKN di Dusun Jambon, tidak pernah pulang atau kembali ke kampus. Hanya saja, pihak keluarga yang menengok di rumah ini. Selama dua bulan itu, Anies Baswedan dan keluarganya juga beberapa kali menengok Fery Farhati.
"Pak Anies Baswedan dulu juga beberapa kali menengok Mbak Fery di sini. Saat itu masih pacaran ya. Pak Anies datang bersama ibu dan adiknya,"bebernya.
Guswanto berharap suatu saat Fery Farhati punya waktu luang untuk main ke Dusun Jambon.
"Kalau ke sini pasti Mba Fery sudah pangling dengan dusun ini ya, sudah banyak berubah. Namun kenangan yang tidak hilang meski itu sudah 28 tahun yang lalu," katanya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait