SLEMAN, iNews.id – Fase erupsi Gunung Merapi sudah berjalan dua pekan. Sejak fase erupsi dimulai pada 4 Januari lalu, sudah ada tujuh kali awan panas guguran yang mengarah ke barat daya.
“Sejak fase erupsi dimulai sampai 16 Januari kemarin telah terjadi tujuh kali awan panas guguran ke arah barat,” kata Kasi Gunung Merapi Balai Penyeleidikan dan Pengembangan Teknologi Kegempaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso, Sabtu (16/1/2021).
Fase erupsi dimulai pada 4 Januari dan tercatat ada awan panas guguran empat kali. Selanjutnya terjadi pada tanggal 9, 13 dan hari ini masing-masing satu kali guguran sehingga total ada tujuh kali guguran awan panas.
Agus mengatakan, erupsi gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan DIY ini masih dalam skala kecil. Kondisi ini belum membembahayakan warga di permukiman penduduk yang ada di lereng merapi.
“Masyarakat masih bisa menyaksikan dari jarak jauh,” kata Agus.
Guguran awan panas yang terjadi hari ini terekam paling jauh, yakni mencapai 1,5 kilometer. Guguran ini terjadi pada pukul 04.00 WIB dini hari tadi dan mengarah ke Sungai Boyong dan percabangan ke sungai Bedog, Kuning dan Krasak.
Sedangkan untuk guguran lava pijar, kata Agus lebih sering terjadi. Hanya saja teramati atau tidaknya secara visual tergantung cuaca. Jika cuaca cerah bisa teramati berapa kali terjadi guguran lava pijar. Seperti 14 Januari 2021, karena cuaca cerah, bisa terekam beberapa kali di stasiun pemantauan dan petugas yang melakukan pemgamatan.
“Secara umum dari seismograf akhir-akhir ini didominasi gempa guguran, sebagai representasi guguran lava baru ke arah barat daya. Namun begitu, tetap harus mewaspadai sektor barat laut jika bergerak lagi,” ujarnya.
Saat ini fokus pengamat arah barat daya sehingga analisis morfologi lebih ditekankan. Hasilnya ada perubahan di sekitar tebing puncak dan kubah, salah satu yang dihasilkan adalah volumenya. Sampai dengan 14 Januari 2021 volumenya mencapai 47.000 meter kubik dengan pertumbuhan 8.000 meter kubik per hari.
“Kesimpulan dari aktivitas saaat ini, adalah adanya penurunan kegempaan dan deformasi yang cukup drastis,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait