SLEMAN, iNews.id - Keterbatasan fisik tak melunturkan semangat seorang mahasiswa difabel yang menempa pendidikan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, untuk berprestasi. Meski mengalami kelumpuhan di bagian kaki karena mengidap penyakit kelainan otot atau duchne muscular distropy (DMD), namun ia berhasil menerima penghargaan desain terbaik di ajang kompetisi Electric Car Design Contest 2018.
Adalah Muhammad Fahmi Husein (20) mahasiswa difabel dari program studi komputer dan sistem informasi, UGM Yogyakarta, yang menorehkan prestasi membanggakan tersebut. Pria muda yang tak pernah lepas dari kursi roda sejak kecil itu baru saja menerima penghargaan sebagai pemenang desain di ajang Electric Car Design Contest 2018 di Jakarta. Karyanya menjadi yang terbaik di antara empat finalis lainnya.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Muscle Car Indonesia (MCI), Fahmi merupakan satu-satunya peserta difabel, dan mampu menyisihkan 82 peserta lain dari berbagai kampus di Indonesia. Sesuai dengan tema yang ditentukan, 'Mobil Roadster' atau mobil atap terbuka. Fahmi merancang desain mobil listrik yang dinamis dan elegan.
Mobil rancangannya itu bertipe sporty dengan atap yang bisa di buka-tutup secara otomatis. Konsepnya, lebih memaksimalkan aliran angin untuk meningkatkan pengendalian dan juga mendinginkan komponen listrik serta baterai. Nyaris di seluruh bagian mobil memiliki celah di sejumlah titik yang memiliki fungsinya masing-masing, termasuk memudahkan keluar-masuk angin.
Seperti keberadaan sirip tengah ke bawah bodi mobil yang berfungsi meningkatkan downforce. Kemudian ada flat bottom untuk mengurangi turbulensi aliran angin keluar dari roda serta difusser belakang memperlancar aliran angin. Sementara lampu mobil didesain mirip dengan mata elang yang terinspirasi dari golden eagle.
Mahasiswa asal Turi, Sleman ini hanya membutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk menyelesaikan desain blueprint mobil listrik tiga dimensi tersebut. Kemampuan ini berkat penguasaanya secara ototdidat terhadap sejumlah software pendukung, seperti adobe illustrator, solid work, keyshot serta autodesk.
Semangat berkarya putra sulung pasangan murtandlo dan Anik Marwatisengaja ditunjukkannya, untuk membuktikan, bahwa penyandang disabilitas juga mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat dan tak kalah dengan orang normal pada umumnya.
"Karya saya masuk lima besar diajang lomba desain mobil listrik yang diselenggarakan Muscle Car Indonesia. saya ingin menunjukkan, bahwa disabilitas juga bisa seperti orang normal lain dan mewujudkan apa yang menjadi mimpinya," ujar Fahmi.
Dia melanjutkan, motivasi untuk terus berkarya membuatnya bersemangat untuk menggali kreativitasnya. Dia ingin suatu hari nanti bisa menggapai cita-citanya menjadi seorang automotive engineering. "
"Saya ingin terus bergerak dan melakukan sesuatu. Jika hanya diam saja dengan kondisi seperti ini, pikiran saya kadang terganggu dan beban penyakitnya sangat terasa," ucapnya.
Keberhasilan Fahmi tidak luput dari dukungan keluarga. Sang ibu, Anik Marwati yang selalu mendampingi aktivitas anaknya mengaku selalu sekuat tenaga memotivasi mereka. Karena selain Fahmi, dua adiknya juga mengalami kondisi yang sama mengidap kelainan otot. "Alhamdulillah kami sekeluarga bahagia atas prestasi ini," tuturnya.
Prestasi yang diraih Fahmi saat ini bukanlah diperoleh secara tiba-tiba, namun suatu proses. Sejak bangku SMP, Fahmi sudah aktif mengikuti berbagai lomba dan berhasil mendapatkan juara III di gelaran Indonesia ICT Award 2010. Selanjutnya meraih medali perak di Olimpiade Sains Nasional (OSN) difabel 2015, dan telah memiliki buku tentang desain mobil 3D.
Keterbatasan nyatanya tidak menghambat dan membatasi dirinya untuk terus berkreasi dan berprestasi. Di masa mendatang, Fahmi berkeinginan membuat desain mobil khusus difabel, yang bisa lebih mudah dikemudikan oleh penyandang disabilitas, dibandingkan mengemudikan mobil konvensional.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait