Seorang perajin tempe di Bantul tengah memproduksi tempe di tengah kenaikan harga kedelai. (foto: iNews.id/Trisna Purwoko)

BANTUL, iNews.id – Kenaikan harga harga kedelai impor membuat para pengusaha tempe di Kabupaten Bantul terpuruk. Agar tidak merugi, mereka mengurangi berat dan ukuran tempe. 

Kenaikan harga kedelai ini sudah dirasakan para perajin tahu dan tempe dalam beberapa pekan belakangan. Kondisi ini semakin memperparah pasar tahu dan tempe karena masih terpengaruh masa pandemi Covid-19. Hal ini menjadikan para pengusaha sulit bertahan, karena kedelai menjadi bahan utama pembuatan tahu dan tempe.

“Agar tetap bertahan, saya siasati dengan mengurangi ukuran tempe dan beratnya,” kata Hisyam Bukhori salah satu perajin tempe di Sewon, Selasa (5/1/2021).

Hisyam yang akrab disapa Abu Tempe ini, sudah memproduksi tempe sejak 1990 silam. Kenaikan harga kedelai import ini bukan kali pertama dirasakan. Beberapa waktu lalu, kondisi juga pernah terjadi. Hanya saja saat ini dalam kondisi pandemi Covid-19, yang sangat merepotkan para pengusaha. 

“Beberapa temen sudah ada yang mulai menghentikan produksi karena tidak bisa bertahan,” katanya.

Sebelumnya harga kedelai di pasaran hanya Rp6.600 per kilogram. Namun sejak sebulan lalu, sudaH melambung menjadi Rp9.600 per kilogram. Kenaikan harga ini menjadikan beban perajin semakin berat. Selama masa pandemi Covid-19 mereka sudah kehilangan pelanggan karena banyak warung dan usaha catering yang tutup.   

Selain mengurangi berat dan ukuran, produksi tempe juga mengalami penurunan hingga 50 persen. Sebelumnya dalam sehari dia bisa menghabiskan 5 kuintal kedelai. Namun saat ini hanya 2 hingga 2,5 kuintal saja. 

“Kasihan karyawan kalau sampai tutup. Ini harga plastik juga mulai naik,” ujarnya.


Editor : Kuntadi Kuntadi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network