GUNUNGKIDUL, iNews.id – Mahalnya harga kedelai mengancam usaha tahu dan tempe di Kabupaten Gunungkidul. Perajin terpaksa mengurangi ukuran dan menaikkan harga jual agar bisa bertahan.
“Sekarang kami masih berjalan dengan menyiasati mengurangi ukuran tempe. Tidak tahu akan bertahan sampai kapan,” kata pengusaha tempe Kang Bonny, Agung Kristianto, di Gedangsari, Gunungkidul, Senin (21/2/2022).
Menurutnya, kondisi saat ini sangat memberatkan perajin. Bahan baku kedelai impor sudah mahal. Sementara untuk menaikkan harga jual sulit dilakukan karena khawatir konsumen akan lari. Sementara ketika ukuran dikurangi, konsumen juga akan komplain.
“Keuntungan sekarang tipis, karena harga kedelai sudah Rp12.000 sedangkan harga jual tempe Rp11.000,” katanya.
Agar usahanya tetap bertahan, Agung terpaksa mengurangi ukuran tempe. Hal itu sulit dilakukan karena tidak ingin mengecewakan pelanggan.
Perajin tahu di Kepek, Nanang Santoso mengaku sempat berhenti produksi selama tiga hari, tepatnya pada 11-13 Februari lalu. Dia memilih tidak produksi dengan harapan harga kedelai kembali turun. Kenyataanya, harga kedelai tetap tinggi sehingga harga tahu juga ikut terdongkrak naik.
“Perajin sudah sepakat untuk menaikkan harga jual agar bisa bertahan,” ujarnya.
Kasi Distribusi, Bidang Perdagangan, Dinas Perdagangan Gunungkidul, Sigit Haryanto mengatakan, kerajinan tahu dan tempe sangat bergantung kebijakan dari pusat. Sebab bahan utama kedelai harus diimpor.
“Kondisi ini secara rutin kami laporkan ke pusat, mudah-mudahan harga segera turun,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait