Salah satu sudut di Bukit Bintang di Piyungan Bantul yang berbatasan dengan Patuk, Gunungkidul. (foto: MPI/Erfan erlin)

BANTUL, iNews.id - Harga tiket masuk bukit bintang di Jalan Jogja-Wonosari kilometer 17 Piyungan, Bantul sangat terjangkau. Pengunjung cukup membayar parkir saja, lantaran tidak ada tiket masuk.

Meskipun bebas tiket masuk, namun destinasi wisata ini wajib untuk dikunjungi. Destinasi ini terletak di Dusun Tambalan, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul yang berbatasan langsung Kapanewon Patuk Kabupaten Gunungkidul.

Harga tiket masuk Bukit Bintang yang gratis, menjadikan alasan banyak pengunjung datang ke lokasi ini. Apalagi letak bukit Bintang memang sangat strategis karena berada jalur utama Jogja-Wonosari. Jalur ini menjadi jalur bagi wisatawan yang hendak berlibur di Gunungkidul. 
 
Nama Bukit Bintang tidak lepas dari panorama yang ditawarkan. Ketika pengunjung berada di Bukit Bintang seolah-olah sedang berada di angkasa dan bisa melihat gemerlapnya bintang. Sebenarnya kerlap-kerlip ini adalah lampu-lampu kota yang bila dilihat dari atas akan terlihat seperti bintang-bintang yang bertebaran di angkasa. 

Bukit Bintang berada di tebing Perbukitan Seribu sisi barat. Dari Bukit Bintang inilah, pengunjung dapat menyaksikan kota Yogyakarta dari ketinggian. Pemandangan lebih syahdu di malam hari karena gemerlap lampu kota Yogyakarta dan lampu kendaraan mirip bintang karena terlihat kecil.

Bukit Bintang Yogyakarta dulunya terkenal sebagai Bukit Hargodumilah. Konon dulunya Bukit Bintang ini merupakan pesanggrahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada tahun 1972. Tanah di Bukit Bintang statusnya milik Keraton Yogyakarta (Sultan Ground). 

Awal mulanya di Bukit Hargodumilah ini hanya ada bangunan yang berfungsi sebagai tempat istirahat orang yang melintas. Bangunan dari beton yang memanjang ini berdiri pada tahun 2004. 

Lalu pada tahun 2006 terjadi bencana Gempa Bantul yang merusak permukiman penduduk. Penduduk yang terdampak bencana gempa mendirikan bangunan di atas bukit ini. 

Semakin hari semakin banyak bangunan yang berdiri. Warga mulai membuka usaha di antaranya mendirikan warung/kedai kopi di tempat ini. Semula bukit yang sepi ini kini berubah menjadi tempat wisata malam yang ramai. 

Tokoh masyarakat di Bukit Bintang, Aris Sariyanto (63) mengatakan, keberadaan bukit Bintang kini menjadi sumber utama mata pencaharian warga Dusun Tambalan. Perekonomian warga ditopang oleh bisnis di Bulit Bintang ini.

Kendati demikian, dia mengakui untuk harga kuliner yang ditawarkan memang sedikit lebih mahal ketimbang tempat lain. Karena menurutnya karakter Bukit Bintang memang berbeda dengan tempat wisata lain. 

"Karena untuk membangun sebuah warung di Bukit Bintang membutuhkan biaya yang tidak sedikit bahkan bisa 2 hingga 3 kali dibanding membangun rumah biasa. Struktur bangunan harus kuat karena berada di tebing yang curam dan terjal," ujar dia.

Sehari-hari, lelaki ini memang dituakan untuk mengurus parkir di kawasan Bukit Bintang. Belasan pemuda terlibat dalam pengelolaan parkir di samping ada pemilik warung. 

Bukit Bintang mulai banyak digunakan untuk berjualan pascagempa 2006 yang lalu. Kini sudah ada 40 warung besar dan kecil yang berdiri di Bukit Bintang.

"Dan agar tetap ramai kami tidak menerapkan tarif masuk. Hanya membayar biaya parkir saja," ujarnya


Editor : Kuntadi Kuntadi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network