YOGYAKARTA, iNews.id-Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat inflasi year on year (yoy) Yogyakarta bulan Maret 2023 sebesar 6,11 persen. Tekanan inflasi DIY bulan Maret terutama didorong oleh komoditas pangan utama yaitu beras dan telur ayam ras.
Kepala BPS DIY, Sugeng Ariyanto mengatakan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 8,08 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,67 persen.
Di samping itu kenaikan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 3,47 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 3,38 persen; kelompok kesehatan sebesar 5,22 persen.
Kelompok transportasi sebesar 12,33 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 3,06 persen; kelompok pendidikan sebesar 3,91 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 6,02 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,13 persen.
"Sementara kelompok yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,29 persen,"terang dia, Senin (3/4/2023).
Sementara tingkat inflasi month to month (m-to-m) pada Maret 2023 sebesar 0,60 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Maret 2023 sebesar 1,05 persen.
Plh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Rifat Pasha mengatakan berdasarkan hasil rilis BPS, inflasi tahunan DIY bulan Maret berada pada level 6,11% (yoy), melandai dibandingkan inflasi tahunan bulan Februari, yang sebesar 6,28% (yoy). Meskipun demikian, secara bulanan, inflasi DIY Maret 2023 tercatat meningkat dari 0,27% (mtm) di bulan Februari menjadi 0,60% (mtm). "Dengan capaian tersebut, secara kumulatif, inflasi DIY tercatat 1,04% (ytd),"ujarnya.
Tekanan inflasi DIY bulan Maret terutama didorong oleh komoditas pangan utama yaitu beras dan telur ayam ras. Komoditas beras, di tengah berlangsungnya musim panen raya, menjadi penyumbang utama inflasi DIY bulan Maret.
Kenaikan harga beras disinyalir terjadi sejalan dengan peningkatan permintaan dalam rangka menyambut bulan puasa Ramadhan dan penyaluran bansos, serta pemberlakuan kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) baru terhadap gabah dan beras.
"HET beras medium di daerah Jawa menjadi Rp10.900 per kg dari sebelumnya Rp9.450 per kg, sementara HET beras premium menjadi Rp13.900 per kg dari sebelumnya Rp 12.800 per kg,"ujarnya.
Kondisi yang sama terjadi pada komoditas telur ayam ras. Telur ayam ras mengalami kenaikan selaras dengan peningkatan permintaan menyambut bulan puasa Ramadhan serta penyaluran bansos.
Selain itu, komoditas yang memberikan sumbangan inflasi di bulan Maret adalah angkutan udara dan bensin. Tarif angkutan udara meningkat seiring naiknya permintaan pada momen libur cuti bersama Nyepi. Sementara, kenaikan harga pada bensin, terjadi terutama untuk jenis Pertamax dan Pertamax Turbo, didorong oleh adanya kebijakan penyesuaian harga BBM pada 1 Maret 2023.
Peningkatan laju inflasi tertahan oleh penurunan harga komoditas pangan lainnya, seperti bawang merah, minyak goreng, dan cabai merah. Berdasarkan hasil data Survei Pemantauan Harga (SPH) DIY, komoditas bawang merah mengalami penurunan sejak berlangsungnya panen bawang merah pada beberapa wilayah di DIY sejak bulan lalu, seperti Bantul dan Kulonprogo.
Berdasarkan data PIHPS, rata-rata harga bawang merah di DIY pada Maret 2023 mencapai Rp36.250 per kg, turun dari Februari 2023 yang mencapai Rp41.200 per kg. Untuk komoditas minyak goreng, terjaganya pasokan mendorong penurunan harga.
Dalam rangka menjaga pasokan komoditas tersebut pada bulan puasa Ramadhan, pemerintah menetapkan kebijakan kenaikan wajib pasok dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) minyak sawit atau CPO menjadi 50 persen yang berlaku sejak 1 Februari hingga akhir April 2023.
Sedangkan untuk komoditas cabai merah, penerapan pola tanam, pertanian off season, serta keberadaan diPanen.id efektif menjaga stabilitas harga komoditas cabai merah meski tidak dalam musim panen. Selain itu, terjaganya pasokan cabai merah yang didapat dari Jawa Timur turut mendorong penurunan harga.
Rifat menambahkan mencermati kondisi terkini dan mengantisipasi risiko inflasi ke depan, terutama menyambut momen bulan puasa serta Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri, Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY terus bersinergi mencermati kondisi inflasi dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi, serta memperkuat koordinasi guna menjaga inflasi tetap rendah dan stabil.
"TPID DIY telah melakukan koordinasi dan merencanakan program strategi melalui High Level Meeting pada 15 Maret lalu yang dipimpin langsung oleh Gubernur DIY,"katanya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait