Salah satu pedagang kolang-kaling, Tukirah menunjukkan kolang-kaling dagangannya yang masih banyak dalam tong plastik pada Selasa (12/5/2020) di Pasar Wates. (Foto: Harian Jogja/Catur Dwi Janati)

KULONPROGO, iNews.id - Kolang-kaling sudah jadi langganan suguhan primadona di bulan Ramadan. Karena banyak diminati sebagai menu berbuka, sewajarnya penjualan kolang-kaling melonjak tiap Ramadan. Namun hal itu tidak terjadi pada tahun ini.

Penjualan kolang-kaling yang merosot dialami salah satu pedagang di Pasar Wates, Tukirah. Perempuan yang sudah kurang lebih 30 tahun berjualan kolang-kaling ini keheranan, melihat lesunya penjualan kolang-kaling pada Ramadan tahun ini.

"Ini penjualan paling buruk sejak 30 tahun saya berjualan," katanya dikutip Harianjogja.com, Rabu (13/5/2020).

Tak tanggung-tanggung, penurunan jumlah penjualan kolang-kaling di los Tukirah berkisar 50 persen dari Ramadan tahun lalu. Bila Ramadan 2019 satu kuintal lebih, kini paling mentok hanya laku 50-60 kilogram per hari.

Penjualan partai besar yang merosot drastis juga kurang terbantu lewat pembelian perseorangan. Sempat naik di tiga hari awal Ramadan, penjualan kolang-kaling kembali landai di hari-hari berikutnya.

"Ya masih ada beberapa yang beli banyak misal 10 kilogram buat dijual lagi," ujarnya.

Tidak hanya kolang-kaling, bahan sejenisnya yang biasa dikombinasikan untuk suguhan berbuka puasa, seperti cincau, cendol, dan jelly pun amblek. Cincau contohnya, alami pemerosotan penjualan hingga 50 persen.

"Semua turun, cincau biasa 40 blek per hari, kini paling ya 20 blek sehari," ucapnya.

Nasib Tukirah masih tergolong mujur. Hal lebih menyesakkan dialami oleh pedagang kolang-kaling lainnya Partinem. Bagaimana tidak, bila Ramadan biasanya ia mampu jual sampai satu kuintal kolang-kaling per hari, kini 25 kilogram kolang-kaling baru habis 2-3 hari.

"Sepi, kalau Ramadan dulu biasanya laku banyak, ini paling cepet 50 kilogram habis empat hari," katanya lesu.

Sama halnya Tukirah, komoditi lain milik Partinem seperti cincau dan cendol juga menurun tak karuan. Dia menerangkan, Ramadan tahun lalu setidaknya 300 bungkus cendol kemasan laku diborong pembeli dalam jangka waktu sehari. Kini, penjualan cendol Partinem hanya di kisaran 150 bungkus perhari.

"Cincau dari 25 blek (kaleng) sehari, kini paling 3-5 blek per hari," ujarnya.

Harga kolang-kaling tengah naik di Ramadan ini. Dari awalnya Rp10.000 per kg jadi Rp15.000-20.000 per kg, nyatanya belum cukup menutup penurunan omzet yang terjadi selama pandemi.

Namun baik Tukirah dan Partinem mengaku tidak akan menutup dagangannya. Mereka berdalih meski penjualan menurun, setidaknya dagangan masih laku untuk menutup kebutuhan sehari-hari.

"Buat muter saja, gak ada pilihan lain," kata Partinem pasrah.

Artikel ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul "Ramadan Sepi, Penjualan Kolang-kaling di Kulonprogo Terburuk dalam 30 Tahun"


Editor : Nani Suherni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network