LONDON, iNews.id – Inggris mulai mengalami kesulitan minyak usai melakukan boikot terhadap Rusia. Inggris pun mulai melirik Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, diperkirakan mengunjungi UEA dan Arab Saudi dalam pekan ini.
Kabar ini disampaikan oleh orang-orang yang mengetahui masalah itu kepada Bloomberg. Kunjungan Johnson ke Timur Tengah itu dilakukan di saat pasar energi dunia terguncang akibat Perang Rusia-Ukraina.
Harga minyak mentah kini mendekati level 100 dolar AS per barel. Barat pun mulai meningkatkan tekanan terhadap para anggota OPEC, meminta mereka agar menggenjot produksi minyak.
Johnson dijadwalkan untuk bertemu Putra Mahkota Abu Dhabi, Muhammad bin Zayed, dan para pejabat energi UEA di Abu Dhabi pada Rabu (16/5/2022) ini. Dia lalu akan melakukan perjalanan ke Riyadh pada hari yang sama dan bertemu Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman, menurut dua sumber yang menolak disebutkan namanya.
Kemungkinan perjalanan Johnson ke Arab Saudi sebelumnya juga dilaporkan oleh media Inggris. Namun, Downing Street (Kantor Perdana Menteri Inggris) menolak berkomentar saat dikonfirmasi Bloomberg terkait hal itu. Menurut beberapa orang, rencana kunjungan Johnson ke Arab mungkin masih dapat berubah.
Arab Saudi dan UEA memompa lebih dari 13 juta barel minyak per hari. Dua negara itu termasuk di antara sedikit produsen dengan kapasitas cadangan minyak yang signifikan secara global. UEA dan Saudi tercatat sebagai anggota kunci dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Kartel tersebut juga beraliansi dengan Rusia yang dikenal sebagai OPEC+.
Saudi dan UEA sejauh ini menolak seruan dari AS, Jepang, dan negara-negara Eropa untuk mempercepat peningkatan produksi minyak, menyusul langkah Barat menjatuhkan sanksi boikot terhadap Rusia.
Pekan lalu, duta besar UEA untuk Washington DC sempat mengatakan bahwa Abu Dhabi akan meminta anggota OPEC+ lainnya untuk meningkatkan produksi lebih cepat. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken lantas menyambut baik tawaran tersebut. Namun, menteri perminyakan UEA kemudian menampik pernyataan dubes tersebut dan menegaskan kembali bahwa negaranya berkomitmen pada OPEC+.
OPEC+ yang dijadwalkan menggelar pertemuan berikutnya pada 31 Maret, telah berjanji untuk menambah pasokan minyak tambahan sebanyak 400.000 barel per hari ke pasar global setiap bulan. Namun, para pedagang mengatakan, jumlah itu masih tidak cukup untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait