Amanda Eka Lupita, lulusan termuda S2 UGM usia 22 tahun saat wisuda pascasarjana di Grha Sabha Pramana, UGM, Yogyakarta. (Foto: Laman UGM)

YOGYAKARTA, iNews.id - Kisah inspiratif datang dari Amanda Eka Lupita, satu di antara wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menenuhi Gedung Grha Sabha Pramana pada 21 Oktober 2025. Dia dinobatkan sebagai lulusan termuda program pascasarjana UGM yang lulus di usia 22 tahun 6 bulan.

Amanda menyelesaikan studi di Magister Ilmu Hama Tanaman, Fakultas Pertanian UGM melalui program fast track, yang memungkinkan mahasiswa melanjutkan studi S2 tanpa jeda setelah S1. Dia menamatkan pendidikannya hanya dalam waktu 1 tahun 11 bulan, prestasi yang luar biasa di tengah padatnya tuntutan akademik dan penelitian.

Itulah mengapa dia jauh lebih muda dari rerata lulusan magister yang berusia sekitar 30 tahun 6 bulan saat acara wisuda.

“Saya sebenarnya tidak menargetkan untuk lulus cepat. Tapi program fast track sangat membantu saya menyelesaikan S1 dan S2 lebih efisien,” ujar Amanda dikutip dari laman UGM, Senin (27/10/2025).

Meski terlihat gemilang, perjalanan Amanda tidak selalu mulus. Dia mengaku sempat kewalahan dan lelah saat mengerjakan penelitian tesis. Namun, pengalaman itu justru mengajarkannya arti ketekunan dan kesabaran.

“Itu jadi titik balik saya. Dulu saya fokus pada hasil dan ingin semuanya cepat selesai, tapi sekarang saya belajar menikmati perjalanan dan prosesnya,” katanya.

Baginya, penelitian bukan sekadar tentang hasil akhir, melainkan perjalanan menemukan makna dan jati diri sebagai peneliti muda.

Dalam setiap langkahnya, Amanda memegang teguh prinsip yang diajarkan keluarganya, bahwa pendidikan adalah investasi seumur hidup. Dia percaya setiap proses belajar akan membuahkan hasil pada waktunya.

“Jangan lihat gunung dari puncaknya, terus melangkah saja pelan-pelan. Dari situ saya belajar bahwa penelitian bukan soal hasil, tapi tentang menikmati proses dan terus berkembang,” katanya.

Ketertarikan Amanda pada dunia penelitian tumbuh dari rasa ingin tahu terhadap hal-hal kecil yang berdampak besar, seperti serangga dan bakteri yang memengaruhi kesehatan tanaman. Dalam tesisnya, dia meneliti keberagaman bakteri endosimbion pada kutu kebul (Bemisia tabaci) di tanaman yang terinfeksi Begomovirus.

“Serangga tidak hidup sendiri, mereka berinteraksi dengan bakteri yang menularkan virus dan beradaptasi dengan lingkungan,” ucapnya.

Kini, Amanda masih aktif dalam proyek penelitian dosen dan sedang mempersiapkan publikasi ilmiah dari hasil tesisnya.

Menutup kisahnya, Amanda menyampaikan pesan hangat bagi generasi muda agar tidak takut menghadapi proses panjang dalam mengejar impian.

“Sekecil apa pun langkah kita, tetap saja itu adalah kemajuan. Jadi jangan takut dengan perjalanan yang panjang, karena dari situ kita tumbuh dan menemukan jati diri kita sendiri,” ujarnya.


Editor : Donald Karouw

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network