YOGYAKARTA, iNews.id- Penyelidikan kasus tewasnya DAA (17) Minggu (3/4/2022) lalu terus dilakukan. Polisi menyebut jika aksi penganiayaan tersebut bukan serta merta langsung terjadi, namun ada peristiwa sebelumnya yang memicu kejadian tersebut.
Direskrimum Kombes Pol Ade Ary Indardi mengatakan, tewasnya DAA bukan karena penganiayaan membabi buta tanpa arah namun mereka menyebutnya sebagai aksi tawuran. Karena sebelumnya ada proses dari dua kelompok yang mengakibatkan salah satunya tersinggung.
"Jadi itu bukan asal serang kepada orang tak dikenal. Tetapi ada pemicunya," kata Ade Ary Indardi di Mapolresta Kota Yogyakarta, Selasa (5/4/2022).
Ade mengatakan untuk menguak kasus yang mengakibatkan pelajar meninggal tersebut pihaknya telah melakukan beberapa kali olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Olah TKP memang dilakukan berkali-kali untuk mencari kembali barang bukti dan orang-orang yang bisa dijadikan saksi peristiwa tersebut.
Tak hanya itu pihaknya juga telah melakukan perang rekonstruksi dari kasus tersebut. Rekonstruksi tersebut dilakukan berdasarkan berita acara pemeriksaan (BAP) terhadap 11 saksi yang mengetahui peristiwa tersebut. "Kami masih terus melakukan pendalaman kasus ini," tutur Ade.
Ternyata, sebelum terjadi aksi penganiayaan telah ada aksi saling memprovokasi antara kelompok korban dengan kelompok pelaku. Kedua kelompok ini telah ketemu di jalan Ringroad Selatan tanpa sengaja.
Di mana sebelumnya kelompok korban terdiri dari 5 kendaraan yang digunakan 8 orang sekitar pukul 01.00 dinihari mereka mencoba kecepatan motor di jalan Ringroad Selatan. Kelompok pelaku memang sengaja mengetes kecepatan sepeda motor mereka karena memiliki knalpot yang cukup besar.
Motor yang dipacu dengan kecepatan tinggi sehingga menimbulkan suara knalpot cukup besar. Dan di jalur lambat ketemu dengan motor yang diduga kelompok pelaku. "Kelompok pelaku membalas suara keras knalpot rombongan korban dengan membleyer," tutur dia.
Kelompok korban meneruskan perjalanan menuju ke arah Jalan Imogiri. Awalnya mereka merasa dibuntuti namun setelah ditengok dari kaca spion, kelompok pelaku sudah tidak ada di sekitar mereka lagi sehingga kelompok korban meneruskan perjalanan.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke warung warmindo yang berada di Jalan Gedong Kuning. Tiba di warmindo, kelompok korban langsung memesan makanan.
Sebagian dari korban memesan makanan dan sebagian lagi masih duduk di atas sepeda motor. Beberapa saat kemudian kelompok pelaku lewat dan memainkan gasnya layaknya memprovokasi kelompok korban. "Nah sambil memainkan gas, rombongan pelaku mengumpat dua kali," kata dia.
Para pelaku melaju dengan kecepatan tinggi dan sebagian dari kelompok korban merasa tersinggung langsung melakukan pengejaran. Ade menyebut ada 4 ksepeda motor dari kelompok korban yang melakukan pengejaran.
Kelompok korban ini tidak menduga jika para pelaku sudah berbalik arah dan menunggu mereka. Salah satu pelaku turun membawa gir yang sudah diikat dengan kain dan langsung mengayunkannya ketika kelompok korban melintas. "Karena motor pertama berkecpatan tinggi tidak kena sabetan," ujar dia.
Namun sabetan itu mengenai korban yang membonceng motor di barisan kedua. Awalnya rekan korban yang berada di depan kemudi berhasil menghindari sabetan gir tersebut namun justru mengenai korban yang yang membonceng.
Sepeda motor yang membawa korban masih dalam kecepatan tinggi kemudian berbelok ke timur dan terjatuh di depan Balai Kalurahan Banguntapan. Beberapa saat kemudian petugas patroli menemukan mereka. "Dibawa ke RS hardjolukito dan korban meninggal jam 9.30," ujarnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait