KLATEN, iNews.id - Warga Desa Klakitan, Kecamatan Bayat, Klaten masih melestarikan tradisi syawalan. Mereka memberebutkan 1.000 ketupat yang dikemas dalam 27 gunungan di Bukit Sidoguro.
Tradisi rebutan gunungan ini masih dilestarikan warga di tengah modernisasi zaman. Warga masih percaya ketupat yang diperoleh akan membawa berkah dan rejeki dalam kehidupan.
Tradisi syawalan ini dihadiri ribuan warga Bayat. Maklum saja, tradisi ini sempat dua tahun vakum karena pandemi Covid-19. Namun tahun ini, tradisi tersebut kembali dilaksanakan untuk merekatkan silaturahmi antarwarga.
Tradisi ini tidak hanya dihadiri orang tua. Namun anak-anak juga ikut datang untuk berebut gunungan ketupat dan hasil bumi. Sebelumnya gunungan ini diarak dari Kota Klaten menuju ke Puncak Bukit Sidoguro dengan diiringi kesenian hadroh.
“Ini tradisi rutin syawalan yang dilaksanakan setelah Idul Fitri,” kata Wakil Bupati Klaten, Yoga Hardaya Minggu (30/4/2023).
Menurutnya, tradisi ini harus dilestarikan karena banyak mengandung nilai-nilai positif dan kearifan lokal. Warga akan berkumpul dan saling menjaga silaturahmi. Tidak kalah penting antarwarga akan saling berjabat tangan meminta maaf untuk merekatkan persaudaraan di Hari Raya Idul Fitri.
“Tahun depan harus dilaksanakan lebih baik lagi,” Katanya.
Sementara itu salah seorang warga, Puika mengaku rutin mengikuti rebutan ketupat. Apa yang dia peroleh akan dibawa pulang untuk disantap bersama dengan keluarganya. Dia percaya ketupat ini akan membawa berkah kemudahan rejeki dan kesehatan.
“Ini nanti dimakan dengan keluarga. Ini akan membawa berkah umur panjang dan kesehatan,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait