YOGYAKARTA, iNews.id – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya akan melakukan pendekatan secara persuasif terhadap warga yang masih menolak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Temon, Kulonprogo.
Hal itu diungkapkan Budi Karya menyikapi pengosongan lahan dan rumah warga terdampak proyek bandara baru yang berujung ricuh. Menurut Budi Karya, setiap pembebasan tanah dipastikan ada pro kontra dan pemerintah sangat berhati-hati dalam menyelasaikan kasus tersebut.
Budi Karya mengatakan, seluruh proses pembebasan lahan sudah dilalui sesuai dengan peraturan menteri (Permen) tentang Pembebasan Tanah. Pemerintah juga sangat toleran dan ada proses konsinyasi atau pembayaran ganti rugi yang sudah dilakukan.
“Yang jelas, kami tidak akan memindahkan mereka dengan cara kasar. Dalam sepekan ke depan, kami akan mengumpulkan stakeholder guna mencari solusi agar kasus tersebut dapat diselesaikan dengan baik,” kata Budi Karya di Auditorium Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta, Kamis (7/12/2017).
Meski diwarnai penolakan dari warga, Budi Karya optimistis proyek pembangunan Bandara NYIA dapat mulai dioperasikan sesuai target, yakni 2019 mendatang.
Budi Karya mengatakan, bahwa bandara baru tersebut akan membangkitkan perekonomian yang sangat luar biasa bagi Yogyakarta. Sebab, akan hotel-hotel maupun kafe baru, sehingga mendatangkan banyak wisatawan seperti di Bali.
“Yogya sangat potensial untuk lebih dikenal masyarakat luar dan bisa jadi destinasi dunia. Kebangkitan ekonomi yang akan timbul di Yogya ini akan luar biasa. Dan saya pikir 99% orang Yogya mau. Karena itu, kita bantu Yogya seperti Bali,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, pengosongan lahan bandara NYIA di Dukuh Kragon 2 Desa Palihan, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, DIY berakhir ricuh antara warga, mahasiswa, dengan petugas, Selasa (5/12/2017). Belasan mahasiswa yang mendukung warga penolak bandara diamankan saat menghalangi pengosongan lahan.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait