KULONPROGO, iNews.id – PT Angkasa Pura I mengakui proses pembangunan fisik Bandara NYIA (New Yogyakarta International Airport) terlambat tujuh bulan. Penyebabnya masih ada sebagian warga yang bertahan dan menolak pembangunan bandara yang berada di Kecamatan Temon Kulonprogo tersebut.
"Kami sudah mundur tujuh bulan. Molor ini karena memberikan kesempatan kepada warga," kata Project Manager Kantor Proyek Pembangunan Bandara NYIA, PT Angkasa Pura I, Sujiastono, Kamis (19/7/2018).
Meski begitu, PT Angkasa Pura I yakin pembangunan pengganti Bandara Adisutjipto Yogyakarta tersebut akan sesuai target. Seperti yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi, pada 2019, bandara itu harus sudah beroperasi. "2019 beroperasi, tetapi pembangunan tetap jalan," ujarnya.
Menurut dia, NYIA akan menjadi bandara terbesar di Indonesia. Runway bandara itu akan dibangun dengan panjang mencapai 3.250 meter dengan lebar 64 meter. “Kalau ini jadi, embarkasi di sini," kata dia.
Sementara itu warga penolak bandara, Ponirah mengatakan, dirinya tidak pernah menjual dan merelakan tanahnya untuk bandara. Dia tidak akan rela dan ikhlas rumahnya dirobohkan dan dipakai untuk bandara. Dia akan terus berjuang mempertahankan lahannya. "Sampai akhirat saya tidak ikhlas, tidak rela," kata Ponirah saat rumahnya dirobohkan.
Warga penolak mengaku tidak pernah menjual lahan untuk bandara. Mereka juga tidak pernah mengikuti tahapan pelepasan hak atas tanah. Sampai saat ini mereka masih memegang sertifikat tanah.
Editor : Muhammad Saiful Hadi
Artikel Terkait