KULONPROGO, iNews.id – Keresahan dirasakan 300-an pelaku usaha di sepanjang Pantai Glagah sampai Congot di Kabupaten Kulonprogo, DIY. Hal ini menyusul adanya wacana penggusuran terkait proyek pembangunan Bandara baru Yogyakarta (New Yogyakarta International Airport/NYIA).
Para pelaku usaha ini terdiri atas petambak udang, pengusaha penginapan dan pelaku kuliner serta aneka permainan air yang ada di sepanjang pantai. Wilayah usaha mereka dinilai masuk dalam Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) sehingga akan ditertibkan pemerintah kabupaten (Pemkab). Di mana nantinya, lahan bekas usaha itu bakal dijadikan green belt atau sabuk hijau Bandara NYIA.
“Kami menolak keras pengusuran karena tambak udang ini merupakan usaha kami setelah tergusur pembangunan bandara,” ujar Ketua Paguyuban Tambak Udang Agung Supriyanto, dalam pertemuan antarpelaku usaha di Joglo Glagah, Selasa (12/3/2019).
Dia menyebut, saat ini ada 150-an petak tambak udang yang sebagian besar merupakan tambak baru. Hal ini setelah tambak lama digusur karena masuk IPL Bandara NYIA. Bahkan sebagian petambak udang kini telah beralih profesi karena lahan mereka habis tergusur bandara.
“Kalau usaha kami mau dihabisi, lantas kami mau makan apa. Bagaimana keluarga kami,” ucapnya.
Ketua Pondok Laguna Subardi Wiyono menambahkan, di lokasi itu juga ada 150-an pelaku usaha kuliner hingga perahu wisata. Mereka telah beroperasi sebagai usaha mandiri sejak 1984.
Selama ini, pemkab tak pernah hadir memfasilitasi para pelaku usaha tersebut. Namun kini justru muncul wacana penataan (penggusuran) untuk kawasan wisata dan telah dibuatkan detail enginering design-nya (DED). Padahal selama ini warga tidak pernah dilibatkan dalam rencana tersebut.
“Kalau mau ada penataan tolong komunikasikan. Kami tidak pernah diajak bicara. Jangan ancam kami dengan konflik, mari duduk bersama,” kata Subardi.
Sementara Ketua Paguyuban Pengelola Hotel dan Penginapan Bento Sarino mengatakan, jika ada 18 tempat usaha di lokasi yang ada dalam wacana penggusaran. Mereka sebagian besar merupakan pelaku usaha baru dan pemilik hotel lama yang tergusur pembangunan bandara dan hanya mengais rejeki dengan memanfaatkan lahan yang tersisa.
"Kami ini sudah ngalah (mengalah), ngalih (pindah) dan jangan buat kami ngelih (kelaparan),” tuturnya.
Salah seorang warga Yuli Jamhari mengungkapkan, mereka yang usahanya terancam digusur merupakan para pendukung bandara. Selama ini telah terlibat aktif dalam proses pelepasan hak atas tanah untuk dijadikan lokasi NYIA.
Bahkan usaha yang sudah dijalani puluhan tahun pun direlakan untuk dirobohkan. Karena itu dia berharap agar pemkab memikirkan dampak social dengan wacana penggusuran tersebut.
“Jangan hanya menggusur warga tanpa ada solusi,” kata Yuli.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait