Rinding Gumbeng diyakini sebagai alat untuk memanggil Dewi Sri atau Dewi Kemakmuran. Kesenian ini asli dari Gungungkidul. (Foto : MPI/Erfan Erlin)

GUNUNGKIDUL iNews.id- Kesenian Rinding Gumbeng yang berasal dari Dusun Duren, Kalurahan Beji, Ngawen, Gunungkidul diyakini sebagai alat untuk memangil Dwi Sri selain untuk alat komunikasi di zaman dulu. Kesenian ini naik kelas usai tampil di Istana Merdeka 17 Agustus lalu.

Kalurahan Beji selama ini dikenal sebagai tempat melarikan diri selir Brawijaya 5, Roro Resmi ketika zaman perang antara Demak dengan Majapahit. 

Konon, Raja Brawijaya 5 sangat menyukai musik Rinding Gumbeng yang alatnya semuanya terbuat dari Bambu.

Ketua Kelompok Rinding Gumbeng Ngawen, Sri Hartini mengungkapkan, Rinding Gumbeng terbuat dari bambu karena dulu sebelum ditemukan logam, yang ada hanyalah bambu dan batu. 

Rinding Gumbeng diciptakan untuk menghasilkan musik bersama beberapa alat musik dari Batu. "Jadi kalau ditanya sejak kapan, kami sulit menyebutnya secara pasti," kata dia.

Namun oleh keluarganya, alat musik ini coba terus dipertahankan dan dilestarikan. Ayah Hartini, Sudiyo mendapat ilmu dari nenek mereka dan sebelumnya mengetahui alat tersebut dari moyang mereka. Kemudian oleh Sudiyo diturunkan kepada dirinya.

Rinding Gumbeng biasanya dimainkan saat upacara adat Sadranan di Hutan Adat Wonosadi, hutan yang ada di Kalurahan Beji. 

Alat ini biasanya dimainkan untuk mengundang Dewi Sri, Dewi Kemakmuran atau Dewi Padi. Dan sampai saat ini selalu dimainkan setiap upacara setahun sekali tersebut.

Selain diyakini untuk mengundang Dewi Sri, Rinding Gumbeng dulu juga jadi alat untuk komunikasi warga pada zaman dahulu sebelum ada alat yang canggih seperti sekarang ini. Dahulu, Rinding Gumbeng sarana komunikasi para pemuda ketika akan berkumpul.

"Jadi kalau dulu kan belum ada HP, komunikasinya dengan memainkan rinding gumbeng ini. Ketika rinding gumbeng ini dimainkan maka menunjukkan posisi seseorang," ujarnya.

Saat ini, mereka sering diminta tampil di Taman Budaya Yogyakarta selain di beberapa moment kedinasan lainnya. Ada Lagu wajib yang harus mereka mainkan ketika pentas, dua lagu tersebut adalah Ngerinding Merinding ciptaan Ki Gondo Sumardiyono dan lagu Gunung Gambar ciptaan mendiang ayahnya, Sudiyo.

Adik kandung Sri Hartini, Wawan mengatakan meski ditempel di bibir, namun untuk memainkan alat ini bukan ditiup. Tetapi sejatinya mengolah suara di dalam tenggorkan dengan tidak diucapkan. Bunyi yang keluar bersamaan dengan getaran alat musik Rinding tersebut.

"Sebenarnya mirip dengan suara robot. Jadi ingin berucap tetap ditahan di dalam tenggorokan, dikeluarkan bersamaan dengan getaran rinding ini," ujarnya.
 
Rinding Gumbeng adalah alat musik yang tidak memiliki notasi karena sebenarnya untuk memainkan alat ini hanya mengandalkan rasa. Rinding ini memang unik dan sangat sulit untuk dibunyikan. Sehingga tidak sembarang orang bisa memainkannya.


Editor : Ainun Najib

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network