SLEMAN, iNews.id – Uskup Agung Semarang, Robertus Rubiyatmoko mengunjungi Buya Syafii Maarif (BSM) di kediamannya di Nogotirto, Gamping, Sleman, DIY, Senin (19/2/2018) petang.
Kunjungan sebelum misa perdana di Gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman ini sebagai bagian menjaga persaudaraan dan ungkapan terima kasih atas kepedulian dalam perkara kekerasan dan teror yang menimpa pastur dan jemaat gereja tersebut.
“Kami sowan (bertamu) karena kami sangat dimuliakan dihormati. Beliau (Buya) sangat memiliki peran besar dalam menghadapi permasalahan yang baru saja terjadi (kekerasan di Gereja St Lidwina),” kata Uskup didampingi Ketua Gereja Santa Lidwina Kemetiran, Romo Yohanes Dwi Harsanto.
Dalam kunjungan tersebut, Rubiyatmoko juga mengucapkan terima kasih karena dengan spontan dan cepat Buya Syafii langsung mengunjungi gereja tempat terjadinya kasus kekerasan. Hal ini mampu mengondisikan masyarakat agar tidak emosional dan terpancing provokasi. Namun justru mengajak semuanya untuk tenang. “Ini semakin meneguhkan persaudaraan yang semakin kuat di antara kita bersama,” ucapnya.
Karena itu, Rubiyatmoko mengajak semuanya bisa saling menghormati untuk mewujudkan cita-cita bersama bangsa ini. Kebersamaan bangsa akan dipadukan agar semakin kuat. Masyarakat juga memiliki hak untuk tenang dalam mnejalankan ibadah dan mendapat perlindungan. “Harapan kita bangsa ini semakin baik, tidak hanya di Yogyakarta tetapi juga Indonesia,” katanya.
Pertemuan kedua tokoh agama itu terlihat akrab. Buya Syafii bahkan beberapa kali melontarkan guyonan yang membuat semua yang hadir tertawa. “Saya sangat bersyukur dengan kedatangan Uskup kesini. Bukan main-main lho, uskup datang ke rumah saya yang hanya warga kecil. Susah diterima nalar,” ujar Buya.
Buya mengakui, upayanya yang langsung mendatangi gereja pascaterjadinya penyerangan untuk meredam gejolak masyarakat pasti menimbulkan pro kontra. Namun dia siap untuk dihujat karena tidak semuanya bisa setuju dengan langkahnya.
Menurut Buya, langkah umat Katholik baik dari Uskup Rubiyatmoko maupun dari pastur gereja yang memaafkan tindakan pelaku sangatlah mahal. Apalagi kejadian kekerasan tidak hanya menimpa pastur dan jemaat. Tetapi juga ada kiai di Lamongan, Jawa Timur yang juga menjadi korban kekerasan.
Buya melihat beberapa kasus kekerasan terhadap agama karena lambatnya politisi dalam merespons kegaduhan di negeri ini yang sedang masa transisi setelah reformasi. “Politisi kita belum bisa naik kelas menjadi negarawan,” tandas Buya.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait