YOGYAKARTA, iNews.id – Kasus Covid-19 di DIY terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa hari belakangan. Tercatat ada 13 kasus kematian sehingga total ada 288 pasien yang meninggal sampai dengan Minggu (3/1/2021).
“Hari ini ada 13 pasien yang meninggal,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Pemda DIY dalam Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih, Minggu (3/1/2021).
Penambahan 13 kasus kematian menjadi rekor tertinggi kasus di DIY. Pasien meninggal ini semuanya dirawat di rumah sakit, dengan rincian, delapan warga di Kota Yogyakarta, Bantul dan Sleman masing-masing dua dan satu dari Gunungkidul.
"Semua pasien meninggal dunia di rumah sakit. Kami masih menelusuri apakah ada penyakit penyerta atau tidak," katanya.
Berty meminta warga untuk tetap di rumah dan menjaga protokol kesehatan. Hal ini menjadi salah satu cara untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Apalagi dalam beberapa pekan ini setiap hari penambahan kasus di atas 200 orang.
Selain pasien meninggal, hari ini ada penambahan pasien positif sebanyak 218 orang sehingga ada 12.897 kasus. Penambahan kasus ini berasal dari Kota Yogyakarta 40 kasus, Bantul 70 kasus, Kulonprogo 25 kasus, Gunungkidul 15 kasus dan Sleman 68 kasus.
Pasien positif ini ada 67 kasus dari pemeriksaan mandiri dan 98 kasus dari tracing kontak kasus positif. Selain itu ada satu screening karyawan kesehatan dan sisanya masih dalam penelusuran.
Sedangkan untuk pasien sembuh ada 221 orang, sehingga total 8.724 yang telah dinyatakan sehat kembali. Pasien sembuh ini berasal dari Kota Yogyakarta 76 orang dan Kabupaten Bantul 49. Sedangkan dari Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul masing-masing tiga orang dan Kabupaten Sleman 90 orang.
Sementara itu, Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad, berharap ada upaya masif untuk melakukan pembatasan terhadap mobilitas masyarakat secara terukur. Pencegahan Covid-10 tidak hanya cukup hanya dengan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak).
“Perlu ada upaya untuk menghentikan mobilitas masyarakat yang terukur, sebagai upaya membuat masyarakat untuk tinggal di rumah kecuali sektor esensial,” katanya.
Jika tidak ada langkah konkrit penghentian mobilitas masyarakat yang terukur, Riris khawatir akan terjadi ledakan penderita Covid-19. Ledakan kasus telah terjadi di Amerika Serikat serta negara negara Eropa yang memiliki angka kasus harian dan kematian yang jauh lebih tinggi.
"Saya sudah sering sampaikan untuk penghentian mobilitas masyarakat yang terukur ini. Namun belum maksimal dilakukan,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait