get app
inews
Aa Text
Read Next : Hari Santri 2025, Menag Ungkap Pemerintah Siapkan Eselon 1 Khusus Tangani Pesantren

207 Ulama Meninggal selama Pandemi, RMI PBNU : Ancaman Serius untuk Pesantren

Jumat, 11 Desember 2020 - 23:21:00 WIB
207 Ulama Meninggal selama Pandemi, RMI PBNU : Ancaman Serius untuk Pesantren
Ilustrasi korban corona meninggal (istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Selama pandemi Covid-19, sebanyak 207 masyaikh atau ulama meninggal dunia. Ratusan ulama ini tersebar di 110 pondok pesantren di Indonesia.

Data itu disampaikan oleh Pengurus Pusat Rabithah Ma'aid Islamiyah (RMI) Nahdatul Ulama. Masyaikh merupakan sebutan untuk kiai atau nyai dalam dunia pesantren.

Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma'aid Islamiyah (RMI) Abdul Ghofarrozin mengatakan, meninggalnya ratusan ulama akibat pandemi Covid-19 itu menjadi ancaman serius bagi kalangan pesantren dan Indonesia.

"Ancaman terhadap pesantren dan kyai berarti ancaman terhadap kelangsungan pendidikan agama dan karakter bangsa Indonesia," kata Abdul Ghofarrrozin dalam keterangan tertulis, Jumat (11/12/2020).  

RMI PBNU, ujar dia, melihat negara belum hadir secara optimal dalam penanganan Covid-18 di pesantren. Tiga indikatornya antara lain, pertama, tidak optimalnya koordinasi antardinas atau kementerian terkait penanganan Covid-19 di pesantren. 

Kedua, terbatasnya informasi dan edukasi tentang Covid-19 bagi pesantren, dan ketiga, komunikasi publik yang tidak berpihak kepada pesantren. "Terkhusus jika ada klaster pesantren dan di beberapa daerah pesantren sulit mengakses swab PCR test," ujarnya. 

Karena itu, Abdul Ghofarrrozin, pun meminta negara untuk hadir secara lebih serius dengan pola penanganan lebih terpadu. Kementerian Kesehatan diharapkan dapat menjadi lokomotif dengan menggandeng Kementerian Agama (Kemenag), pemerintah daerah setempat, dan ulama. 

"RMI siap menjadi partner strategis terutama terkait koordinasi dan komunikasi dengan pesantren. Secara teknis, penanganan terpadu dapat diwujudkan dalam bentuk pembentukan team task force untuk penanganan Covid-19 di Pesantren mulai tingkat pusat sampai kabupaten atau kota," tutur Abdul Ghofarrozin.

Ketua PP RMI PBNU mengatakan, pendekatan terpadu harus dimulai melalui proses pencegahan dan edukasi protokol kesehatan hingga penanganan jika ada kasus paparan Covid-19 di pesantren. 

Menurut dia, jika ada kasus Covid-19, pesantren sangat membutuhkan pendampingan agar dapat mengambil keputusan tepat terkait keselamatan santri dan pengasuhnya.

"Selanjutnya pesantren juga membutuhkan akses ke dokter dan fasilitas kesehatan, kepastian swab PCR test dan dukungan ruangan isolasi atau karantina yang layak," katanya. 

Dia mengemukakan, arus informasi publik terkait pemberitaan klaster pesantren perlu dikelola dengan baik dan berpihak pada pesantren. Tujuannya agar pesantren tidak terpuruk selama dan pasca masa pandemi ini akan menerima stigmatisasi. 

"Semua ikhtiar ini layak dan penting kita kerjakan bersama-sama demi memastikan masa depan pendidikan akhlak dan karakter bangsa," ujar Abdul Ghofarrozin.

Sekadar informasi, berdaasarkan tabel yang disertai dalam keterangan tertulis tersebut, jumlah tertinggi pencatatan kiai dan nyai yang meninggal akibat Covid-19 terjadi di rentang waktu Agustus-September. Jumlahnya bertambah sebanyak 49 orang dari yang tadinya 41 menjadi 90 Orang.

Editor: Ainun Najib

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut