3 Ciri Khas Makanan Yogyakarta dan Varian Kuliner yang Harus Dicoba

JAKARTA, iNews.id - Ciri khas makanan Yogyakarta menarik untuk diulas. Sebab banyak sekali makanan khas Yogyakarta yang bisa dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan.
Kota Yogyakarta dikenal dengan sebutan Kota Pelajar, Kota Wisata hingga Kota Budaya. Dibalik itu semua terdapat potensi kuliner yang banyak diburu oleh wisatawan yang berkunjung. Makanan khas yang ditawarkan memiliki cita rasa tinggi yang menggugah selera makan.
Bagi anda yang ingin menikmati kuliner di Yogyakarta, harus memahami ciri khas makanan Yogyakarta.
Ada tiga ciri khas makanan Yogyakarta yang menjadikan makanan ini dikenal dan banyak diburu wisatawan.
Masyarakat Jawa terbagi menjadi tiga golongan besar, yaitu orang Jawa di sekitar keraton yang berada di Solo dan Yogyakarta, orang Jawa Banyumasan, dan orang Jawa Brangwetan atau di Jawa Timur.
Bagi masyarakat Jawa yang dekat dengan keraton, biasanya menyukai kuliner dengan rasa manis. Masyarakat keraton Yogyakarta memiliki filosofi sebagai simbol kenikmatan. Selain itu, cita rasa manis sudah ada secara turun-temurun dari Zaman Majapahit.
Kecintaan masyarakat Jawa terhadap cita rasa manis juga terjadi karena kondisi alam di Pulau Jawa. Zaman dahulu wilayah Pulau Jawa melimpah akan pohon kelapa. Masyarakat setempat memanfaatkan pohon tersebut dengan berbagai inovasi. Mereka terbiasa membuat gula kelapa (gula Jawa) yang akan menciptakan rasa manis.
Adanya pengaruh dari jalur perdagangan, pengaruh dari budaya-budaya asing ini tak hanya membawa rempah-rempah dan bahan makanan eksotis saja, tetapi juga penggunaan gula sebagai bumbu makanan.
Penggunaan gula dalam berbagai hidangan, seperti gudeg, serabi, klepon, dan beberapa kue tradisional Jawa lainnya, menjadi bukti nyata bahwa rasa manis sudah masuk dalam kuliner Jawa. Sehingga kebanyakan kuliner khas Yogyakarta bercita rasa manis dan gurih.
Ciri khas makanan Yogyakarta berikutnya dijual pada malam hari. Bukan hanya rasanya yang berbeda dengan kuliner lainnya, makanan asli kota Yogyakarta rata-rata sangat laris di malam hari.
Alasannya karena banyak pelancong yang berkeliling di malam hari. Selain itu banyak muda-mudi atau pelajar yang memilih kuliah di Yogyakarta dan biasanya akan mencari makanan sembari jalan-jalan ketika malam hari.
Pada waktu tersebut biasanya akan digunakan untuk berbelanja makanan khas Yogyakarta serta tak lupa mencicipi kuliner khasnya. Salah satu kuliner khas Yogyakarta yang laris manis diburu banyak orang di malam hari yaitu gudeg basah.
Ciri khas makanan Yogyakarta selanjutnya dijual di angkringan. Angkringan memang sudah menjamur di seluruh penjuru negeri. Banyaknya masyarakat yang menyukai makanan ala angkringan. Hal ini membuat para pedagang angkringan tak berhenti berinovasi untuk menyajikan makanan yang unik dan bercita rasa tinggi.
Tak mau kalah dengan restoran yang menjual makanan khas, pedagang angkringan di kota Yogyakarta tidak sedikit yang menjual gorengan dan kuliner asli Yogyakarta. Harga yang ditawarkan juga relatif murah, yang menjadi salah satu ciri khas makanan Yogyakarta.
Ada beragam jenis makanan khas Yogyakarta yang menarik untuk dicicipi. Makanan ini layak untuk dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan ke kampung halaman, berikut ini makanan khas Yogyakarta.
Salah satu makanan khas Jogja adalah gudeg. Kuliner ini terbuat dari nangka muda yang dimasak bersama santan. Gudeg biasanya dipadukan dengan nasi, daging ayam, telur rebus, tahu, dan krecek.
Bakpia pathok adalah makanan khas Yogyakarta yang sering diburu oleh banyak wisatawan. Bakpia pathok menjadi salah satu makanan legendaris Yogyakarta yang sering dijadikan oleh-oleh.
Rasanya yang manis serta teksturnya yang krispi dan lembut menjadikan bakpia ini banyak digemari para pelancong. Banyak varian rasa bakpia seperti kacang hijau, coklat, keju, hingga durian.
Menurut kemendikbud, Sate klathak adalah sate yang berbahan dasar daging kambing muda. Bagian uniknya merupakan tusuk sate yang digunakan tidak terbuat dari bambu, tetapi dari besi jeruji sepeda. Penggunaan jeruji besi ini dimaksudkan agar daging kambing muda lebih cepat matang karena dapat menghantarkan panas yang merata.
Nama sate klathak berasal dari suara sate ketika dibakar. Saat proses pengolahan sate, sebelum daging kambing dibakar telah ditaburi dengan garam terlebih dahulu.
Sehingga, pada saat dibakar terdengar suara unik klathak-klathak seperti suara benda retak. Penjual sate klathak banyak terdapat di daerah Pleret, Bantul.
Berongkos (atau disebut brongkos oleh masyarakat Jawa) adalah salah satu olahan sayur yang terbuat dari daging sapi, terutama pada bagian sandung lamur (bagian daging sapi yang berasal dari bagian dada bawah, sekitar ketiak). Ciri khas dari masakan ini adalah penggunaan kluwek sebagai bumbu sehingga sayur berwarna gelap dan beraroma khas.
Sayur brongkos banyak digemari banyak orang, salah satunya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X. Konon pada awalnya, istilah brongkos ini berasal dari kata bronkhorst yang merupakan campuran dari bahasa Inggris dan Prancis. Bornhorst memiliki arti masakan daging yang berwarna coklat. Namun, karena lidah orang Jawa sulit melafalkannya maka disebutlah brongkos.
Namanya yang cukup unik menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya. Begitu juga dengan cita rasanya. Sebelum disajikan, gatot yang terbuat dari singkong akan dikupas lalu dijemur hingga kering.
Gatot adalah bahan sisa dari olahan tiwul yang tidak terproses. Baik tiwul maupun gatot keduanya terbuat dari singkong.
Nasi ini terbuat dari olahan singkong sebagai pengganti beras. Penciptaan kuliner ini dilatarbelakangi oleh mahalnya harga beras saat penjajahan Jepang berlangsung. Sehingga dibuatlah nasi tiwul untuk menyiasati harga beras yang mahal pada zamannya
Wajik merupakan makanan olahan yang terbuat dari beras ketan yang ditanak dan dicampur dengan santan dan gula kelapa. Ketika upacara adat Jawa, misalnya upacara pernikahan, wajik adalah jenis makanan yang wajib ada.
Salah satu makanan khas Daerah Istimewa Yogyakarta yang biasa digunakan untuk upacara adat merupakan apem (atau apam dalam bahasa Indonesia).
Nama apem berasal dari bahasa Arab afwan atau afuwwun yang berarti meminta maaf atau meminta ampunan. Namun, lidah orang Jawa sulit melafalkan afwan/afuwwun sehingga menjadi kata apem.
Masyarakat Jawa biasanya membuat apem saat menjelang Ramadan dan membagikannya kepada saudara, tetangga, atau dikirim ke masjid. Kue ini juga memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap rezeki yang sudah didapatkan.
Selain itu, kue ini biasa disajikan dalam upacara adat tertentu, misalnya upacara pernikahan, upacara jumeneng Sri Sultan, dan upacara labuhan di Pantai Parangtritis.
Kue kipo adalah jajanan khas Jogja yang terbuat dari tepung ketan dengan isian serundeng kelapa manis atau enten-enten.
Jenang garut adalah olahan bubur yang berasal dari tepung garut. Garut adalah jenis umbi umbian yang memiliki kandungan serat tinggi. Tanaman ini banyak tumbuh di desa Sidomulyo, Kabupaten Kulonprogo.
Makanan khas Yogyakarta selanjutnya yaitu geplak. Geplak terbuat dari campuran adonan kelapa parut, gula dan tepung. Kudapan ini menjadi salah satu dari sekian banyak jajanan khas Yogyakarta yang memiliki cita rasa manis dan gurih.
Kue yangko merupakan makanan yang memiliki cita rasa manis dan gurih. Awalnya nama kue ini adalah kiyangko. Namun, orang Jawa sulit untuk mengucapkannya sehingga menjadi yangko.
Orang yang pertama kali mengenalkan yangko adalah Mbah Ireng. Inovasi kue yangko oleh Mbah Ireng sudah dilakukan sejak tahun 1921.
Namun, yangko baru mulai dikenal luas pada tahun 1939. Sekarang ini yangko sudah lebih menarik dari kemasan dan rasanya, serta aromanya pun beragam.
Minuman ini sebenarnya berasal dari China namanya Tang Yuan, namun sudah mengalami perubahan dan penyesuaian dengan budaya Jawa.
Bahan utama wedang ronde atau tang yuan yaitu bola–bola dari tepung ketan yang diisi kacang, lalu dimasak dan diseduh bersama air jahe. Tidak lupa juga tambahan candil, kacang, dan potongan roti ikut masuk memberi rasa unik dan hangat untuk wedang ronde ini.
Wedang uwuh dalam bahasa Indonesia berarti minuman sampah yang menjadi minuman khas Jogja yang menyehatkan. Terdapat banyak manfaat wedang uwuh bagi kesehatan tubuh karena rempah–rempah yang digunakan seperti jahe, secang, cengkeh, dan rempah lainnya. Seduhan wedang uwuh hangat dipercaya mampu mencegah berbagai penyakit seperti stroke, batuk, masuk angin, dan berbagai penyakit lainnya.
Itulah ciri khas makanan Yogyakarta disamping rasanya yang lezat dan menggoyang lidah para pecinta kuliner. Semoga informasi ini bermanfaat dan anda bisa memilih makanan mana yang akan dicoba.
Editor: Kuntadi Kuntadi