3 Fakta Kecelakaan Kereta Api di Prambanan, Menguak Insiden di Perlintasan Sebidang
JAKARTA, iNews.id - Tiga fakta kecelakaan kereta api di Prambanan, sebuah insiden tragis yang terjadi di wilayah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecelakaan kereta api di Prambanan terjadi pada Selasa, 4 November 2025, ketika kereta Bangunkarta jurusan Jombang–Pasar Senen menabrak sebuah mobil dan dua sepeda motor di perlintasan sebidang Jalan Raya Piyungan–Prambanan.
Peristiwa ini menyebabkan tiga orang meninggal dunia dan beberapa lainnya luka-luka. Dugaan awal menyebutkan palang pintu tidak menutup dan sirine peringatan tidak berbunyi saat kereta melintas, sehingga kendaraan masih berada di jalur rel ketika tabrakan terjadi. Insiden ini sontak mengundang perhatian publik dan menjadi peringatan keras terhadap pentingnya keselamatan di perlintasan kereta api.
Insiden yang menjadi sorotan dalam 3 fakta kecelakaan kereta api di Prambanan terjadi pada Selasa, 4 November 2025 di perlintasan sebidang Jalan Raya Piyungan–Prambanan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Sekitar pukul 10.00 hingga 10.30 WIB, rangkaian KA Bangunkarta jurusan Jombang–Pasar Senen melaju dari arah timur ke barat.
Di saat bersamaan, sebuah mobil dan dua sepeda motor melintas di perlintasan tersebut. Karena jarak yang terlalu dekat dan dugaan adanya gangguan pada sistem pengaman, tabrakan pun tak terhindarkan. Dua pengendara motor serta pengemudi dan penumpang mobil menjadi korban. Tiga orang meninggal dunia, sementara beberapa lainnya mengalami luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Kronologi ini menjadi titik awal untuk memahami bagaimana sebuah kecelakaan besar dapat terjadi hanya karena beberapa detik kesalahan dan lemahnya sistem pengamanan di lapangan.
Dalam pembahasan 3 fakta kecelakaan kereta api di Prambanan, penyebab dan faktor pendukung menjadi kunci untuk mengetahui akar masalah di balik insiden tersebut.
a. Alat Pengaman Perlintasan Bermasalah
Beberapa saksi mata melaporkan bahwa palang pintu di lokasi kejadian tidak menutup ketika kereta mendekat. Sirine dan peringatan suara juga diduga tidak berbunyi sebagaimana mestinya.
Kondisi ini memperlihatkan lemahnya sistem keamanan di perlintasan sebidang, yang seharusnya berfungsi sebagai penghalang utama agar kendaraan tidak melintas ketika kereta datang.
b. Kendaraan Tetap Melintas di Perlintasan Aktif
Dalam situasi normal, pengendara harus menunggu hingga kereta benar-benar melintas. Namun di lokasi kejadian, beberapa kendaraan tetap mencoba melintas meskipun kereta sudah tampak dari kejauhan. Kombinasi antara alat pengaman yang tidak berfungsi dan perilaku pengguna jalan yang nekat menyebabkan potensi bahaya meningkat drastis.
c. Jarak Terlalu Dekat dan Waktu Reaksi Pendek
Kereta api melaju dengan kecepatan tinggi dan jarak antara kereta dan kendaraan terlalu dekat saat tabrakan terjadi. Meskipun masinis telah membunyikan klakson peringatan, jarak yang sudah sempit membuat tabrakan tidak bisa dihindari. Situasi ini menggambarkan pentingnya disiplin dan kewaspadaan di sekitar perlintasan sebidang yang ramai dilalui kendaraan.
Dari ketiga poin tersebut, terlihat jelas bahwa kombinasi antara faktor teknis dan kelalaian manusia menjadi penyebab utama kecelakaan di Prambanan ini.
Editor: Komaruddin Bagja