60 persen Karies Gigi Menyerang Anak Indonesia, Begini Penjelasan Ikorgi
YOGYAKARTA, iNews.id – Karies gigi dan penyakit jaringan pulpa menjadi penyakit gigi dengan prevansi terbesar di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan menyerang anak-anak, dengan prevalensi mencapai 60-90 persen.
“Tinggi prevalensi penyakit ini karena masyarakat Indonesia mengonsumsi karbohidrat. Masyarakat tidak sadar karies ini diakibatkan dari karbohidrat,” kata Ketua Pengurus Pusat Ikatan Konservasi Gigi Indonesia (Ikorgi) Wignyo Hadriyanto, kepada wartawan konferensi pers Kongres Nasional Ikorgi XII dan Temu Ilmiah Nasional Ikorgi (TINI) V di Yogyakarta, Senin (20/9/2021).
Menurutnya, 60 persen anak Indonesia menderita karies. Jika kondisi ini tidak dipertahankan dengan konservasi, karies ini akan berkembang menjadi pupla yang terkadang menimbulkan rasa sakit. Kondisi ini diperparah dalam masa pandemi Covid-19 banyak pasien takut ke dokter gigi.
“Orang akan datang ke dokter gigi sudah dalam keadaan sakit. Mereka yang tidak sabar akan memilih cara mencabut gigi yang justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari,” katanya.
Pemerintah melalui departemen konservasi gigi di perguruan tinggi mendorong supaya dokter gigi berinovasi dalam mengatasi masalah ini. Dokter gigi bidang konservasi juga didorong mengikuti Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran Gigi untuk mengejar ketertinggalan saat ini.
“Kongres dan Temu ilmiah ini untuk meningkatkan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan dan ketrampilan bagi semua anggota Ikorgi,” katanya.
Ketua Panitia TINI V Hendargo Agung Pribadi mengatakan acara ini sebenarnya akan dilaksanakan pada Desember 2020 lalu, namun ditunda karena pandemi Covid-19. Barulah pada bulan ini bisa dilaksanakan pertemuan.
“Ini merupakan even terbesar Ikorgi setiap tiga tahun sekali dengan rangkaian kegiatan dari seminar, pengabdian masyarakat, hands on, kegiatan ketrampilan, kongres dan kolegium konservasi gigi," katanya.
Diakuinya pandemi menjadi kendala dalam kegiatan pendidikan dan penelitian konservasi gigi sampai dengan pelayanan kepada masyarakat. Meski begitu mereka tetap semangat untuk mengembangkan diri dalam keilmuan konservasi gigi terkini.
“Dalam acara ini kami juga memberikan edukasi kepada ratusan masyarakat umum melalui pengabdian masyarakat secara virtual, serta lebih dari 20 kelas kegiatan ketrampilan,” katanya.
Editor: Kuntadi Kuntadi