8 Motif Batik yang Digunakan Mempelai Pengantin di Yogyakarta Berikut Maknanya
YOGYAKARTA, iNews.id - Ada banyak motif batik yang digunakan mempelai pengantin di Yogyakarta. Dalam tradisi masyarakat Jawa, pemakaian kain batik pada prosesi pernikahan memiliki makna dan harapan yang luhur.
Namun, tidak semua kain batik bisa dipakai dalam prosesi pernikahan, karena setiap motifnya memiliki makna dan filosofi. Apa saja motif batik yang digunakan mempelai pengantin di Yogyakarta.
Motif Batik Truntum
Batik motif Truntum termasuk kelompok motif ceplok. Motif truntum berupa bidang berbentuk segi empat yang menggambarkan bunga. Maknanya siapa yang memakai kain ini akan tumbuh lagi, begitu juga yang akan hidup berkeluarga senantiasa hubungannya harmonis, penuh kasih sayang, baik kehidupan suami istri, hubungan antara anak dengan orang tua, hingga dalam hubungan bermasyarakat. Motif truntum biasanya dikenakan oleh kedua orang tua mempelai pada saat upacara midodareni dan panggih.
Motif Batik Grompol
Batik motif Grompol termasuk dalam kelompok motif ceplok. Sesuai dengan namanya grombol yakni kumpulan barang yang mengandung makna siapa yang memakai akan seperti sebuah pohon yang sarat akan bunga dan buah yang ranum.
Pengantin yang mengenakan motif grompol, mempunyai masa depan yang cerah, senantiasa mendapatkan rahmat, banyak anak, banyak rejeki, rukun, tentram, sejahtera, dan damai selama-lamanya. Batik ini bisa dikenakan saat upacara siraman bagi pengantin perempuan.
Motif Batik Cakar Ayam
Motif Cakar Ayam termasuk motif ceplok yang tersusun atas garis putus-putus, titik-titik, dan variasinya sepintas seperti motif pada anyaman. Motif cakar ayam tersusun menurut bidang geometris.
Ditinjau dari kata cakar ayam berasal dari kata cakar dan ayam, karena kesan pertama yang tampak motif ini membentuk jari-jari ayam. Kegiatan ayam dalam upaya mencari makan dengan menggunakan cakarnya melambangkan semangat hidup manusia di masa mendatang.
Motif cakar ayam mengandung harapan dapat mencari nafkah sendiri, banyak rejeki, banyak anak, tenteram dan sejahtera sepanjang masa.
Motif Batik Parang Kusuma
Motif ini terdiri atas unsur motif api dan motif mlinjon, yang tersusun menurut garis diagonal dengan motif api atau motif parang posisinya bertolak belakang dengan motif mlinjon yang berbentuk segi empat belah ketupat.
Pada tengah motif api terdapat dua motif bunga kecil bertajuk tiga dan saling bertolak belakang. Motif batik parang kusuma biasanya digunakan untuk busana pengantin Kasatrian Ageng. Batik ini merupakan busana putra-putri Sultan yang semula digunakan untuk malem selikuran. Namun kini menjadi busana pengantin.
Motif Batik Simbar Lintang
Motif ini juga termasuk dalam batik ceplok yang menggambarkan rupa angkasa yang bermandikan cahaya bintang di malam hari. Pola batik simbar lintang terdiri atas motif bersimbar bertajuk empat dan motif bunga bertajuk delapan.
Motif tersebut memiliki arti serupa dengan jantra atau cakar, yang dalam kepercayaan Hindu Jawa dianggap sebagai lambang hidup yang kekal. Simbar lintang memiliki makna, agar pasangan pengantin senantiasa mendapatkan anugerah yang berupa kesentosaan, kebahagiaan, makmur sandang pangan, dan sejahtera selama-lamanya. Batik ini dikenakan sebagai busana pengantin pria dan wanita dalam upacara sepasaran.
Motif Batik Sida Luhur
Motif batik Sida Luhur dapat digolongkan ke dalam motif semen, yang berasal dari kata Sida dan Luhur. Sida mempunyai arti jadi atau menjadi, sedangkan luhur mengandung pengertian terpuji, tinggi dan berwibawa.
Pola batik sida luhur terdiri atas motif meru, pohon hayat, burung, tumbuh-tumbuhan dan sawat (garuda bersayap satu). Motif meru melambangkan puncak gunung yang tinggi tempat bersemayamnya para dewa, yang menebar keadilan di muka bumi. Motif pohon hayat merupakan simbolisasi dari kehidupan dan kemakmuran. Motif burung melambangkan elemen hidup dari udara (angin) dan melambangkan watak luhur.
Motif sawat melambangkan matahari, mahkota, kejantanan, dan bermakna tabah. Berbagai arti yang tersemat dalam motif-motif ini dengan harapan pemakainya mempunyai harapan agar hidupnya kelak bahagia, mempunyai pangkat yang tinggi, adil, berbudi luhur, dan tabah menghadapi badai kehidupan. Motif ini dikenakan oleh pengantin dan kedua orang tua mempelai pada upacara panggih.
Motif Batik Sida Mukti
Motif Batik Sida Mukti juga digolongkan kedalam motif semen yang berasal dari kata Sida dan Mukti. Sida berarti jadi atau menjadi, sedangkan mukti bahagia. Pola batik sida mukti mempunyai motif yang terdiri dari kerang, pohon hayat, burung, bintang, sawat dan garuda.
Motif kerang menggambarkan dunia bawah atau air, yang berarti kelapangan hati. Motif pohon hayat melambangkan dunia tengah yang mengisyaratkan makna kehidupan dan kemakmuran. Motif bintang melambangkan kesentosaan, makmur sandang pangan. Yang mewakili sifat tabah pada kain batik sida mukti, dilambangkan dengan motif sawat perisai yang berwujud satu sayap burung garuda.
Sedangkan kepemimpinan, kejantanan, disimbolkan dengan motif burung garuda. Secara keseluruhan berbagai simbolisasi mengandung pengharapan bahwa si pemakai dapat hidup bahagia, makmur sentosa, punya kedudukan tinggi, bersifat pemurah terutama kepada orang yang dipimpinnya, dapat melaksanakan tugas kepemimpinan sebaik-baiknya dan tabah dalam menghadapi cobaan. Dikenakan oleh pasangan pengantin pada upacara panggih.
Motif Batik Semen Ageng
Nama ragam hias semen ageng berasal dari kata semen dan ageng. Semen berarti tunas maksudnya adalah tumbuhnya tanaman sehingga membuat indahnya alam. Ageng berarti besar, maksudnya motif batik yang hanya boleh digunakan oleh raja dan kerabatnya.
Pola batik semen ageng mempunyai unsur-unsur yang terdiri dari motif meru, lidah api, burung, perahu, pusaka dan motif sawat. Motif perahu melukiskan dunia dasar laut (air), melambangkan lapang hati atau lapang dada. Motif pohon hayat menggambarkan perlambangan dari dunia tengah yang mengisyaratkan makna kehidupan dan kemakmuran. Motif pusaka melambangkan kesaktian, kekuasaan, dan kemakmuran.
Harapannya yang memakai kain ini dapat hidup bahagia, menjadi pemimpin yang berbudi luhur, mempunyai sifat lapang dada, selalu tabah menghadapi cobaan, sehingga dapat menunaikan tugas sebaik-baiknya. Dikenakan oleh pengantin pria dan wanita pada upacara panggih.
Editor: Kuntadi Kuntadi