Asal Usul Gunungkidul Dimulai Kerabat Raja Brawijaya Tahun 1831

GUNUNGKIDUL, iNews.id - Asal Usul Gunungkidul ternyata sudah cukup tua. Kabupaten yang berada di tenggara DIY ini sudah berdiri sejak 1831.
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Provinsi DIY dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Wonosari. Gunungkidul memiliki wilayah terluas di DIY seluas 1.485 Kilometer persegi.
Asal usul Gunungkidul ternyata tidak bisa lepas dari nama Gunungkidul itu sendiri. Dalam bahasa Jawa, Gunungkidul berasal dari dua kata Gunung dan Kidul yang berarti gunung yang terletak di wilayah selatan.
Sebagian besar daerahnya merupakan perbukitan batuan kars dari Pegunungan Sewu. Akibatnya wilayah ini dikenal gersang dan tandus. Walau begitu, Gunungkidul menyimpan sejarah yang unik dengan potensi pariwisata, budaya dan kuliner yang khas.
Asal Usul Gunungkidul seperti dilansir dari laman resmi Bappeda Kabupaten Gunungkidul, pada masa lampau merupakan hutan belantara. Hanya terdapat satu desa yang dihuni oleh orang-orang pelarian dari Kerajaan Majapahit.
Desa tersebut bernama Pongangan yang dipimpin Raden Dewa Katong yang merupakan saudara dari raja Brawijaya. Setelah Dewa Katong pindah ke Desa Katongan atau 10 kilometer utara Pongangan, putranya yang bernama Raden Suromejo membangun Desa Pongangan, sehingga semakin lama semakin berkembang. Hingga tak lama setelahnya Suromejo pindah ke Karangmojo.
Perkembangan penduduk di Gunungkidul itu terdengar oleh raja Mataram, Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro. Sunan Amangkurat kemudian mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso untuk membuktikan kabar tersebut.
Setelah tahu akan kebenaran berita tersebut, Ki Tumenggung Prawiropekso menasehati Suromejo untuk terlebih dahulu meminta izin kepada raja Mataram, karena daerah tersebut masuk ke dalam daerah kekuasaannya.
Akan tetapi, nasehat tersebut tak didengarkan dan Raden Suromejo tak mau meminta izin sehingga menimbulkan konflik peperangan. Dalam peperangan tersebut, R Suromejo tewas bersama kedua anak dan menantunya.
Sementara Ki Pontjodirjo yang merupakan anak dari Suromejo akhirnya menyerahkan diri yang kemudian oleh Pangeran Sambernyawa diangkat menjadi Bupati Gunungkidul pertama.
Namun, Bupati Mas Tumenggung Pontjodirjo tak lama menjabat karena adanya penentuan batas-batas wilayah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831. Wilayah Gunungkidul selain Ngawen kemudian menjadi wilayah dibawah kekuasaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dalam buku Peprentahan Praja Kejawen (1939) karangan Mr Raden Mas Suryodiningrat disebutkan sejarah berdirinya Kabupaten Gunungkidul dimulai pada tahun 1831. pembentukannya bersamaan dengan berdirinya kabupaten-kabupaten lain di wilayah Kasultanan Ngayogyakarta.
Sejak lahirnya Gunungkidul, maka secara resmi telah ada suatu bentuk pemerintahan dengan kepala daerah dengan sebutan Tumenggung. Dibawahnya juga terdapat pemimpin wilayah seperti Ronggo, Panji, Demang, Bekel dan lain-lain, yang masing-masing memiliki tanggungjawab kepada atasannya.
Diawal berdirinya, bupati pertama yang bernama Mas Tumenggung Pontjodirjo, dengan pusat pemerintahan berada di Pati Desa Genjahan, Ponjong, dengan wilayah Kepanjen Semanu yang dipimpin oleh Panji Hardjodipuro.
Setelah itu dilakukan pembukaan lahan di hutan belantara yang bernama Alas Nongko Doyong di sebelah barat Pati yang dipimpin oleh Demang Piyaman Wonopawiro yaitu menantu dari Panji Hardjodipuro.
Dengan dibukanya Alas Nongko Doyong, pusat pemerintahan dari Pati dipindahkan ke Wonosari hingga saat ini. Di tahun 1834, baru diketahui bahwa hari lahir Kabupaten Gunungkidul adalah hari Jumat Legi (kalender Jawa) tanggal 27 Mei 1831 atau tahun Jawa 15 Besar tahun Je 1758.
Editor: Kuntadi Kuntadi