get app
inews
Aa Text
Read Next : Jelang Pemakaman Pakubuwono XIII, Warga Berdatangan ke Kompleks Makam Raja-Raja di Imogiri

Berusia 538 Tahun, Masjid di Bantul Ini Ternyata Peninggalan Panembahan Bodho Murid Sunan Kalijaga

Sabtu, 01 April 2023 - 16:53:00 WIB
Berusia 538 Tahun, Masjid di Bantul Ini Ternyata Peninggalan Panembahan Bodho Murid Sunan Kalijaga
Penampakan Masjid Sabilurrosyaad atau dikenal sebagai Masjid Kauman Wijirejo dari depan. Masjid ini merupakan peninggalan murid Sunan Kalijaga, Raden Trenggono yang sudah berusia sekitar 538 tahun. (Foto : iNews.id/Yohanes Demo)

BANTUL, iNews.id- Di Kabupaten Bantul banyak masjid memiliki sejarah menarik yang sudah berusia ratusan tahun. Salah satunya yakni Masjid Sabilurrosyaad yang terletak di Dusun Kauman, Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Bantul.

Masjid ini lebih dikenal dengan nama Masjid Kauman Wijirejo, sebuah masjid peninggalan Panembahan Bodho atau Raden Trenggono, cicit dari Raja Brawijaya V yang juga murid dari Sunan Kalijaga.

Pengurus takmir masjid, Haryadi menceritakan bahwa masjid Sabilurrosyaad ini didirikan pada tahun 1485 M oleh Panembahan Bodho atau sudah berusia sekitar 538 tahun. Masjid ini dibangun saat Raden Trenggono sedang belajar ilmu kepada Sunan Kalijaga.

"Masjid ini awalnya berukuran 7 X 7 meter, tetapi sekarang sudah lebih besar karena beberapa kali pemugaran," katanya, Sabtu (1/4/2023).

Dia mengatakan pemugaran masjid sudah dilakukan beberapa kali saat masa penjajahan Belanda hingga terakhir tahun 1997. Sehingga, dia menyebut bahwa bentuk asli masjid sudah tidak tampak lagi.

Haryadi mengatakan jika masjid Kauman Wijirejo ini merupakan satu-satunya masjid peninggalan Raden Trenggono yang ada di Bantul. Meski memiliki garis keturunan darah biru dari Demak, tetapi dia memilih datang ke Kauman untuk menyebarkan ajaran Islam.

"Panembahan Bodho adalah julukan dari Raden Trenggono yang diberikan oleh Sunan Kalijaga. Konon menurut cerita asal muasal diberi nama Panembahan Bodho yakni ketika dulu Raden Trenggono mendengar suara gemuruh dari arah selatan atau dari pantai selatan," kata Haryadi.

Raden Trenggono mengira suara itu keluar dari kapal milik Portugis. Padahal suara tersebut berasal dari deburan ombak pantai selatan. 

"Selain soal suara tersebut, pada saat disuruh Sunan Kalijaga bertapa, Raden Trenggono masih membawa bekal makanan. Karena dinilai kurang pengalaman maka Sunan Kalijaga memberi sebutan Raden Trenggono dengan Ki Bodho (bodoh)," tuturnya.

Sementara itu, gelar Panembahan diperoleh ketika wilayah Terung, asal Raden Trenggono dikuasai oleh Mataram. Karena rasa hormat Raja Mataram kepada Panembahan Senopati kepada pewaris dan keturunan Adipati Terung, yang tak lain adalah Raden Trenggono. 

Panembahan Senopati kemudian memberikan penghargaan dengan tanah perdikan di sebelah timur sungai Progo sampai Gunung Merapi. Karena memiliki tanah perdikan, Ki Bodho diberi gelar Panembahan.

Haryadi mengatakan, selain bangunan masjid, beberapa warisan budaya dari Panembahan Bodho masih dipertahankan hingga saat ini. Salah satunya adalah takjil bubur sayur lodeh setiap Ramadhan.

Editor: Ainun Najib

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut