Cegah Radikalisme, Jadikan Guru Agama Pelopor Moderasi Beragama di Sekolah

YOGYAKARTA, iNews.id- Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY menggelar webinar internalisasi nilai-nilai sosial dan budaya dengan pembentukan guru agama sebagai pelopor moderasi beragama di sekolah, bagi guru agama PAUD/RA-SMP/MTs, Kamis (1/4/2021).
Kegiatan ini untuk memberikan pemhaman tentang modernisasi beragama di sekolah bagi guru-guru agama tingkat PAUD/RA-SMP/MTs guna mencegah paham radikalisme dan terorisme di kalangan milineal.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Pencgahan Teroris (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid membuka kegiatan tersebut. Dua pemateri dihadirkan dalam acara tersebut, yakni Imam Nahwawi dan Mahnan Marbawi.
Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan terorisme dan radikalisme yang mengatasnakan agama Islam adalah fitnah. Sebab Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Selain itu terorisme yang mengatasnamakan agama adalah manipulatoror sekaligus penympangan dari nilai-nilai agama.
“Untk itu kita harus dapat merawat masalah itu dengan baik. Sebab jika tidak bisa merawatnya akan berpotensi menjadi konflik besar di Indonesia,” kata R Ahmad Nurwakhid saat menbuka webinar.
Menurutnya radikalisme dan terorisme adalah penyakit virus yang menyebab turunnya kekebalan dan imunisasi negara.
Terorisme juga merupakan exrtaordinary crime kerana terorisme menimbulkan kekacuaan bagi masyarakat, agama dan negara. BNPT sendiri menindakan terorisme dan radikalime dari hulu ke hilir.
“Penangulangan dilakukan dengan dua strategi soft aproach dan hard aproach,” ujarnya.
Ketua FKPT DIY Prof Mukhtasar Syamsuddin memberikan apresiai kepada semua pihak yang menyelenggarakan acara ini. Sebab meski berbagai kondisi dan beberapa hal sedang terjadi, seperti bom bunuh diri di Makassar dan penyerangan Mabes Polri kegiatan ini tetap dapat terlaksana.
“Kami juga mengucapkan terima kepada seluruh peserta mulai dari guru tingkat Paud/RA hingga SMP/MTs sederajat dan masyarakat umum,” ungkapnya.
Dia menjelaskan ada tiga point penting dengan kegiatan ini. Pertama agama harus dipahami sebagai ilmu pengetahuan dengan adanya keterbukaan. Kedua Yogyakarta pusat kebudayaan dan kota perlajar serta Yogyakarta adalah pusat atau terbentuknya Muhammadiyah.
“Untuk itu kami berharap berharap kegiatan ini bermanfaat terutama untuk membentengi dari paham radikal teroris,” ujarnya.
Editor: Ainun Najib