DIY Sabet Jawara Festival Olahraga Tradisional Nasional 2018
KULONPROGO, iNews.id – Kontingen Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi juara pertama dalam festival olahraga tradisional tingkat nasional yang digelar oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jambi, Jumat (6/7/2018) hingga Senin (9/7/2018). Mereka menampilkan permainan Obah Owah, yang terilhami dengan kehidupan masyarakat Kulonprogo selepas panen raya padi.
“Alhamdulillah kami kembali menjadi yang terbaik pertama,” kata Ketua Kontingen DIY Joko Mursito kepada iNews.id, Selasa (10/7/2018).
Dia mengungkapkan, festival itu diikuti 20 kontingen dari berbagai provinsi di Indonesia. Kontingen DIY mendapatkan nilai 629,6 unggul atas Gorontalo di posisi kedua dengan nilai 623 yang menampilkan Mo Dandra. Sementara di posisi ketiga diraih Bengkulu dengan nilai 619,3 dengan penampilan Eket Daet. Tempat keempat dari Lampung dengan Gekhubak Takkung dan kelima Kabupaten Batanghari, Jambi, dengan penampilan Bagadeng Basamo.
Joko menjelaskan, Obah Owah merupakan permainan rakyat yang dulu pernah berkembang di masyarakat Kulonprogo. Biasanya permainan tradisional ini dimainkan setelah masa panen padi oleh muda mudi saat bulan purnama. Permainan ini mengunakan peranti identik dengan masa panen padi. Mulai orang-orangan sawah (Memedi sawah), jerami, untaian padi, hingga alu, dan tenggok untuk memanen padi.
Aturannya, permainan dibagi menjadi dua tim dan dimainkan oleh empat orang pemain. Pada tahap awal, mereka berlomba untuk mengambil alu dan sarung dengan berjalan secara duduk menggunakan tangan. Setelah berhasil mendapatkannya, tiga pemain berjalan bersama dengan dilingkari sarung.
Pemain yang ada di belakang berjalan zig-zag melewati memedi sawah dengan menggunakan alas dua sarung yang dilingkarkan pada badan mereka. Begitu sampai depan, sarung dipakai sebagai tandu dan diangkat menggunakan dua alu, untuk berebut mendapatkan untaian padi.
Pemain yang mendapatkan untaian padi akan menjadi pemenang. Namun jika hasilnya sama, maka juri akan melemparkan bola untuk diperebutkan para pemain menggunakan tenggok. “Kami pilih menampilkan Obah Owah karena olahraga dan permainan tradisional ini ada di masyarakat,” ujar Joko.
Kontingennya ditunjuk mewakili DIY tidak lepas pada prestasi 2014 saat menjadi runner up dalam festival yang sama. Bahkan pada 2016, pernah menjadi juara pertama dalam ajang international Tafisa.
“Kami siapkan sejak tiga bulan lalu. Olahraga ini unik dan membutuhkan kedisiplinan yang tingg, khususnya dalam pergerakannya,” ucap Sekretaris Dinas Kebudayaan Pemkab Kulonprogo.
Salah satu pemain, Rumekar Agung Pembayun mengaku cukup senang bisa menampilkan Obah Owah. Permainan ini butuh kelincahan dan kemampuan menjaga keseimbangan. Apalagi berjalan zizag berseluncur dengan kaki memakai sarung. “Saya tertarik untuk melestarikan kesenian tradisional,” tuturnya.
Editor: Donald Karouw