get app
inews
Aa Text
Read Next : Bareskrim Polri Tindak Tambang Pasir Ilegal di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

Gunung Merapi Meletus, Ada Visual Pijar Warna Merah dan Suara Gemuruh

Kamis, 24 Mei 2018 - 07:11:00 WIB
Gunung Merapi Meletus, Ada Visual Pijar Warna Merah dan Suara Gemuruh
Petugas BPBD DIY saat memantau aktivitas Gunung Merapi pascaletusan. (Foto: Antara)

YOGYAKARTA, iNews.id - Gunung Merapi yang berada di Perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kembali meletus Kamis (24/5/2018) tepatnya pukul 02.56 WIB. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan, letusan terjadi dengan tinggi kolom asap sekitar 6.000 meter, disertai suara gemuruh yang terdengar dari semua pos pengamatan Gunung Merapi.

"Terjadi letusan Gunung Merapi berdurasi 4 menit dengan kolom asah condong ke arah barat," tulis akun resmi BPPTKG Yogyakarta.

BPPTKG juga menyebut saat letusan ada visual pijar berwarna merah dari belakang awan mendung. Dari Pos Pengamatan Selo, tampak kepulan asap dan pijar visual berwarna sinar merah di belakang awan mendung.

Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Wahyu Pristiawan mengatakan, letusan itu mengakibatkan hujan pasir yang terdampak di wilayah Magelang. Sementara hujan abu vulkanik terpantau cukup deras di Srumbung, Sawangan, dan Muntilan Borobudur, sedangkan di Cangkringan, Kaliurang, Turgo, dan Tunggularum, Kabupaten Sleman tidak terpantau hujan abu.

Dia mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan tetap beraktivitas serta meningkatkan kewaspadaan serta menggunakan alat pelindung saat beraktivitas di luar ruangan seperti masker, jaket penutup dan alas kaki. "Masyarakat saat ini memang ada pergerakan turun tetapi tanpa kepanikan," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso memperkirakan, perilaku Gunung Merapi yang mengalami banyak letusan freatik dalam beberapa hari terakhir hampir sama dengan perilaku gunung tersebut pascaletusan besar pada 1872.

"Kondisi saat ini mirip dengan kondisi pascaletusan besar 1872 dan letusan besar sekitar 1930. Terakhir, Gunung Merapi mengalami letusan besar pada 2010," ujarnya.

Menurut dia, letusan besar yang terjadi pada 2010 menyebabkan terbentuknya kawah yang cukup dalam di puncak gunung sehingga tidak ada lagi sumbat lava atau sumbat tergolong lemah. Hal ini terlihat dari morfologi puncak yang tidak lagi runcing. Kondisi itu memungkinkan adanya pelepasan gas yang kemudian muncul sebagai letusan freatik seperti yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut