get app
inews
Aa Text
Read Next : 6 Tersangka Anak di NTB Jalani Proses Diversi, Terlibat Perusakan dan Penjarahan

Keraton Yogya Pernah Dijarah, Uang Rp732 Juta hingga Keris Berhias Permata Raib

Kamis, 16 Juni 2022 - 08:13:00 WIB
Keraton Yogya Pernah Dijarah, Uang Rp732 Juta hingga Keris Berhias Permata Raib
(Foto: IG@iamfernandoreza)

JAKARTA, iNews.id - Penjarahan besar-besaran pernah terjadi di Keraton Yogyakarta semasa Pangeran Diponegoro. Penjarahan ini dilakukan oleh tentara Inggris semasa di bawah tentara Gillespie. Hal ini membuat kekayaan istana Yogyakarta pun raib seketika karena dibawa kabur. 

Sejumlah barang jarahan menambah salah satu penghasilan tambahan yang utama bagi opsir - opsir Perusahaan Dagang India Timur (East India Company). Hal ini konon disebut Peter Carey pada buku "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro : 1785 - 1855" membuatmu Rafles sang Gubernur Jenderal dibuat terkejut. 

Diperkirakan sejumlah harta benda seperti uang sebesar 800.000 dolar Spanyol atau sekitar 50 juta dolar AS atau mencapai Rp 732.182.500.000 raib. Gillespie sendiri mengambil untuk dirinya sendiri sebesar 74.000 dolar Spanyol atau sebesar 4,75 juta AS atau diperkirakan senilai Rp 70.028.300.000. 

Sisanya uang itu dikirim ke Benggala sehingga anggota pasukannya dapat mengirim wesel untuk keluarga - keluarga mereka di India. Menurut Babad jatuhnya Yogyakarta, bala tentara Inggris dan Sepoy terlalu besar kasar dalam melaksanakan tugas mereka.

Para pangeran dan pejabat - pejabat senior keraton dipaksa untuk menyerahkan keris mereka yang dihiasi batu - batu permata. Bahkan Keputren istana juga digeledah untuk dicari perhiasannya. 

Beruntung tidak ada insiden perkosaan terhadap perempuan - perempuan di keraton seperti halnya yang terjadi saat jatuhnya Plered dan Kartasura.

Namun kekerasan tetaplah terjadi, satu - satunya perwira Inggris bahkan tewas dalam serangan itu.

Dia menerima tusukan mematikan dari seorang perempuan di istana, yang secara kasar ingin dia boyong sebagai barang rampasan. 

Penjarahan habis - habisan atas Keraton Yogya berlangsung empat hari penuh. Babad jatuhnya Yogya menggambarkan adanya arus barang-barang jarahan yang tiada henti diangkut ke kediaman Residen dengan pedati dan kuli - kuli panggul.

Tak hanya itu berset - set perangkat wayang kulit, alat musik gamelan - gamelan keraton dan arsip - arsip turut diangkut pergi.

Di antara barang-barang terakhir yang diangkut termasuk catatan-catatan akta tanah dan naskah-naskah berharga milik keraton, kecuali satu kitab suci umat islam Alquran yang dihiasi kaligrafi dengan indah dibiarkan tetap tinggal.

Hal ini karena dianggap itu bukan bagian dari budaya Hindu Buddha Jawa yang adiluhung.

Editor: Nur Ichsan Yuniarto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut