Keren, UGM Ciptakan Mesin Pewarnaan Kain dan Benang Pewarna Alami

SLEMAN, iNews.id - Universitas Gajah Mada (UGM) berhasil menciptakan mesin pewarnaan kain dan benang pewarna alami. Mesin yang diberi nama Gamawarni ini untuk mendukung perkembangan industri tekstil di Indonesia.
Ketua Peneliti Gamawarni, Edia Rahayu Ningsih mengatakan, alat ini merupakan bagian dari rantai pasok hulu-hilir gerakan penggunaan kembali ke pewarna alami. Sehingga produksi atau penggunaan pewarna alami itu mulai dari idetifikasi bahan baku, produksi pewarna alami hingga aplikasinya.
"Nah, aplikasi pewarnaan alami di tekstil itu kan secara manual oleh pengrajin secara manual. Kalau ini maksudnya mekanisasi pewarnaan industri," kata dia, Jumat (10/11/2023).
Gamawarni berada di hilir bagian teknologi pewarnaan untuk industri. Penggunaan pewarna alami itu dapat terakselerasi dan digunakan secara masif di Indonesia. Harapannya secara bertahap Indonesia bisa mengurangi penggunaan pewarna sintetis berbahaya.
Peneliian ini sebenarnya tidak hanya membuat mesin saja, tetapi juga menyediakan pewarna yang terstandar dengan mesin. Mirip dengan menjual printer, di mana printer itu ada mesinnya dan ada tintanya.
“Gamawarni ini menyediakan mesinnya dan menyediakan pewarnanya yang terstandar. Kami juga menyediakan katalog untuk jenis pewarnanya," ujarnya.
Mesin ini dapat digunakan untuk pewarnaan warna dasar yaitu Indigo, Tanggi, Jolawe, Tegeran, Merbau, Sogan. Mesin ini juga dapat digunakan untuk kombinasi warna tersebut yang bisa menjadi warna sekundernya.
Selama ini mesin industri tekstil, tidak kompatibel dengan pewarna alami. Ide pembuatan mesin ini karena Indonesia memiliki banyak pewarna alami.
"Ini mesin khusus yang cocok dengan karakter pewarna alami," katanya.
Mesin pewarnaan alami bisa digunakan dalam skala besar karena mampu mewarnai sampai ratusan meter kain tanpa berhenti. Mesin ini menjadi solusi untuk industrialisasi pewarnaan alami.
Mesin ini diciptakan melalui serangkaian penelitian sejak 2020. Mesin ini untuk membantu UMKM karena harganya hanya Rp300 juta.
Editor: Kuntadi Kuntadi