get app
inews
Aa Text
Read Next : Kisah Inspiratif Amanda Eka Lupita Lulusan Termuda S2 UGM, Raih Gelar Master Usia 22 Tahun

Kisah Cinta Pasangan Puji Astuti-Agung Endro, Bersemi di Bangku Kuliah sampai Guru Besar UGM

Selasa, 29 Agustus 2023 - 21:30:00 WIB
Kisah Cinta Pasangan Puji Astuti-Agung Endro, Bersemi di Bangku Kuliah sampai Guru Besar UGM
Pasangan Guru Besar UGM Puji Astuti dan Agung Endro Nugroho bersama dari bangku kuliah hingga meraih gelar gru besar. (foto: istimewa)

SLEMAN, iNews.id - Kisah cinta pasangan guru besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Puji Astuti dan Agung Endro Nugroho cukup menginspirasi mahasiswa dan kalangan pendidikan. Mereka belajar bersama sejak bangku kuliah hingga menikah dan menjadi Guru Besar UGM.

Pasangan ini layak menyandang predikat couple goals dalam mewujudkan impian bersama sejak menjadi mahasiswa hingga menjadi guru besar. Prof Puji Astuti dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Biologi Farmasi pada Fakultas Farmasi UGM, di Balai Senat UGM, Selasa (29/8/2023).

Sedangkan suaminya Prof Agung Endro Nugroho lebih dulu menyandang guru besar UGM. Sepuluh tahun lalu dia dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Farmasi UGM di usia 36 tahun.

Pasangan ini menemukan cinta di bangku kuliah. Keduanya kemudian bersama-sama menggapai puncak karier sebagai guru besar. Mereka menjadi contoh nyata tentang cinta menjadi penyemangat, pendorong, dan penguat meraih puncak ilmu pengetahuan.

Dalam pidato pengukuhannya, Puji Astuti menyampaikan pidato berjudul Siklus Sel Sebagai Target Penemuan Obat Alami Anti Kanker: Pendekatan Empiris Hingga Teknologi Modern. Puji memaparkan kemoterapi merupakan salah satu metode utama dalam pengobatan kanker saat ini, meski ada sejumlah efek samping.

Sementara beberapa penelitian melaporkan agen kemoterapi yang diperoleh dari produk alam ataupun sintesis, analognya mempunyai efek samping terbatas dan memiliki kemampuan anti-multidrug resistance.

“Beberapa agen kemoterapi yang diisolasi dari tanaman seperti vincristine, vinblastine, irinotecan, etoposide, paclitaxel, camptothecin, dan epipodophyllotoxin telah digunakan dalam penanganan kanker saat ini. Data dari FDA (Food and Drug Administration) menunjukkan bahwa40 persen dari molekul yang disetujui berasal dari bahan alam atau turunannya dan 74 persennya digunakan dalam terapi kanker,” katanya.

Menurutnya, banyak penelitian berbasis tanama obat yang digunakan sebagai sumber senyawa kimia bioaktif dan telahdiuji efek farmakologinya, baik in vitro maupun in vivo. Bahkan beberapa di antaranya diakui berperan dalam perkembangan obat baru sebagai antikanker seperti kunyit, daun sirsak dikembangkan sebagai antikanker payudara dan terapi terhadap kanker kolorektum.

Kendati begitu, Puji menyebutkan hadirnya teknologi modern seperti teknologi  kultur  sel dan jaringan tanaman menjadi cukup menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan metabolit sekunder dalam jumlah komersial. Berbagai upaya dilakukan, melalui optimasi kondisi kultur, seleksi galur berproduktivitas tinggi, penggunaan prekursor, metode transformasi, maupun teknik imobilisasi.

“Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia sangat mendukung penemuan obat asli Indonesia. Dengan inovasi, kemajuan IPTEK, serta kemampuan sumber daya yang dimiliki negra kita, bukan hal yang tidak mungkin pengembangan obat di tanah air akan berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan,” katanya.

Editor: Kuntadi Kuntadi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut