get app
inews
Aa Text
Read Next : Bunuh Wanita gegara Emosi Cinta Ditolak, Pria di Sleman Ditahan

Kisah Dusun Kasuran Sleman, Warganya Tak Boleh Tidur Pakai Kasur

Senin, 06 Februari 2023 - 11:34:00 WIB
 Kisah Dusun Kasuran Sleman, Warganya Tak Boleh Tidur Pakai Kasur
Tradisi unik di Dusun Kasuran, Seyegan, Sleman. Warga tak boleh tidur menggunakan alas kasur. (Foto: ist)

SLEMAN, iNews.id-Beragamnya budaya dan cerita yang berkembang, serta begitu majemuknya masyarakat Jogja. Hal ini membuat setiap daerah di kota ini memiliki kisahnya sendiri-sendiri. Tak terkecuali dengan Kampung Kasuran di pinggiran Kota Jogja. Tepatnya di daerah Seyegan, Kabupaten Sleman. Terdapat satu mitos yang berkembang dan dipercaya masyarakat hingga saat ini.

Biasanya, orang akan lebih nyaman tidur menggunakan kasur empuk sebagai alas tidur. Namun berbeda dengan penduduk di sana. Meski namanya adalah Dusun Kasuran, namun warga di daerah tersebut pantang beristirahat menggunakan kasur. Ternyata, apa yang dilakukan masyarakat di sana memiliki alasan.

Dilansir dari slemankab.go.id, tradisi pantang tidur di kasur ini sudah berlangsung turun-temurun dari leluhur setempat. Dari cerita warga, dahulu kala, leluhur mereka Kiai Kasur dan Nyai Kasur melakukan pantangan tidur di kasur selama taraf hidup mereka belum makmur. Tradisi ini kemudian diikuti oleh warga setempat sejak saat itu.

Jika dilanggar, mereka percaya hal ini akan menimbulkan musibah berupa sakit atau mengalami peristiwa aneh.

Dulu, tahun 1972 pernah terjadi peristiwa aneh. Ada seorang warga pendatang yang bertugas di KUA pindah ke Dusun Kasuran dan menyewa sebuah rumah. Dia tidur menggunakan kasur, dan setiap Jumat, di atas kasur miliknya itu dijumpai seekor ular melingkar.

Karena peristiwa itu selalu berulang, warga pendatang tersebut lantas menceritakan perihal ular di kasur itu kepada warga setempat. Lalu warga memberi tahu tradisi pantang tidur di atas kasur. Sejak itu pula petugas KUA itu membuang kasurnya dan tak lagi tidur menggunakan kasur. Percaya tak percaya, sejak itu tak lagi ada ular di atas kasurnya yang biasa datang setiap Jumat.

Cerita asal-usul pantangan berkasur ini sebenarnya bermula dari perbedaan pendapat antara Kiai Kasur dan Nyai Kasur ratusan tahun lalu. Keduanya adalah suami istri yang berpisah karena sang suami ingin ikut Pangeran Diponegoro berperang, sementara si istri menolak ikut.

Saat berpisah, mereka membuat perjanjian. Perjanjian itu di antaranya warga Kasuran tak boleh ada yang tidur di atas kasur. Warga Kasuran Wetan dan Kasuran Kulon tak ada yang boleh menikah atau besanan. Kasuran Kulon merupakan tempat tinggal Nyai Kasur dan Kasuran Wetan menjadi tempa tinggal Kiai Kasur. Tradisi pantang tidur di atas kasur pun ditaati warga hingga kini.

Tapi seiring berjalannya waktu, Warga Kasuran Wetan mulai tidur menggunakan alas spon. Ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas tidur yang nyaman. Meski sudah hampir 90 persen warga tidur menggunakan spon, masih ada satu dua warga yang tidur dengan tetap menggunakan tikar.

Disebutkan warga sudah menggunakan alas spon sejak tahun 1980an. Hal ini bukan untuk mengakali tradisi, melainkan agar warga mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik. Berbeda dengan warga di Kasuran Kulon. Sebanyak 608 warga dari 150 KK di sana, 90 persennya justru masih tidur menggunakan tikar.

Editor: Ainun Najib

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut