Manfaatkan Sampah Bekas, Ibu-Ibu Ini Bisa Hasilkan Cuan lewat Bank Sampah

BANTUL, iNews.id- Sampah bekas, yang dipandang tidak memiliki manfaat. Namun, di kalangan ibu-ibu di Padukuhan Semail, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Bantul sampah-sampah rumah tangga bisa berubah menjadi menguntungkan dengan adanya bank sampah.
Seperti di bank pengelolaan pada umumnya, di bank sampah 4S ibu-ibu pun memiliki buku tabungan masing-masing sebagai catatan transaksi dari barang bekas yang mereka kumpulkan.
Direktur bank sampah 4S, Emi Kumalawati mengatakan, bank sampah yang baru berjalan selama kurang lebih 2 bulan ini awalnya mengalami kesulitan. Tetapi, seiring berjalannya waktu, warga mulai antusias untuk mendaftar sebagai anggota bank sampah.
"Awalnya ya cuma sedikit. Kalau sekarang anggotanya sudah ada sekitar 100 orang," kata dia di sela-sela kegiatan pengumpulan sampah, Minggu (05/02/2023) kemarin.
Ia mengatakan, selain karena motivasi dan pendampingan yang terus diberikan, warga tertarik untuk menjadi anggota bank sampah lantaran bisa menghasilkan uang hanya dengan mengumpulkan barang bekas seperti plastik, kardus dan botol kaca.
"Kalau satu kelompok satu bulan kemarin itu hasilnya bisa jutaan. Kalau perorangan ya beda-beda ada yang Rp50.000 ada yang lebih juga," lanjutnya.
Bahkan, karena hasil yang cukup menggiurkan itu, banyak warga terutama kalangan ibu-ibu di sekitar Dusun Semail tertarik untuk bergabung. Untuk saat ini, bank sampah baru berjalan di satu wilayah RT dari 5 RT yang ada di Dusun Semail.
Dengan hadirnya bank sampah ini, Emi menyebut bahwa saat ini warga bisa mengurangi sampah yang dibuang ke TPA. Warga tak lagi berlangganan dengan jasa angkut sampah. "Jadi 4S itu Sampah Semail Selesai di Semail," ujarnya.
Dilain pihak, ketua KSM Pilah Berkah, Yekti Murwani mengatakan, program pendampingan kepada kelompok bank sampah di pedesaan memang menjadi program yang sudah lama dijalankan.
"Untuk pendampingan kita berikan terkait bagaimana mengelola bank sampah. Jadi konsepnya pemberdayaan warga, jadi warga tidak lagi membuang sampah ke TPA. Kalau harapannya, kedepan tidak hanya bank sampah, tetapi juga pengolahan menjadi bahan kerajinan dan sebagainya," katanya.
Sementara, pembimbing dan pencetus kegiatan pengolahan sampah 4S, Heru Subaris mengatakan, kegiatan bank sampah merupakan salah satu cara membentuk budaya pilah sampah. Menurutnya, budaya pilah sampah ini harus dilakukan secara terus menerus hingga menjadi kebiasaan.
"Kalau belum terbiasa memang sulit. Tetapi dengan adanya pendampingan akan menjadi biasa sehingga menjadi budaya," katanya.
Dirinya yang juga Dosen Kesehatan Lingkungan di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta ini menyampaikan bahwa, berdasarkan penelitian yang dia lakukan, untuk membangun budaya pilah sampah harus dilakukan dengan 3 cara pendekatan. Pertama, pendekatan tokoh politik, pendekatan tokoh agama dan pendekatan tokoh masyarakat.
"Kalau kita bandingkan dengan masyarakat Eropa, kulturnya sudah berbeda, masyarakat Indonesia itu lebih sulit untuk diatur. Tetapi ada 3 hal yang bisa dilakukan dengan pendekatan-pendekatan. Selain tiga hal tadi, ada lagi 3 pendekatan, yakni pendekatan sekolah, orangtuanya dan masyarakat untuk mengajarkan budaya pilah sampah di usia dini," uajrnya.
Meski begitu, ia tak memungkiri untuk menuju kebiasaan pilah sampah di masyarakat bukan sesuatu hal yang mudah. Oleh sebab itu, pendampingan-pendampingan tersebut harus tetap dilakukan secara konsisten.
"Kita bekerjasama dengan konsultan dari organisasi Timdis dan Perbanusa yang siap untuk memberikan pendampingan kepada kelompok masyarakat sampai benar-benar mandiri," kata dia.
Editor: Ainun Najib