Mantan Pasukan Elite Korsel Ini Ikut Perang di Ukraina, Begitu Pulang Langsung Ditangkap

SEOUL, iNews.id - Seorang mantan pasukan elite Korea Selatan (Korsel) ikut perang di Ukraina. Dia ikut menjadi bertempur melawan pasukan Rusia. 

mantan anggota pasukan elite Angkatan Laut (AL) Korsel ini langsung ditangkap polisi Korsel begitu tiba di negaranya. Pria bernama Rhee Keun itu pulang dalam kondisi terluka akibat pertempuran.

Baca Juga

Prof Ova Emilia Resmi Jabat Rektor UGM Gantikan Panut Mulyono

Rhee Keun  menghadapi penyelidikan polisi atas tuduhan melanggar hukum yang melarang warga Korsel bepergian ke Ukraina.

Rhee kembali ke negaranya bak pahlawan, diliput oleh media massa. Namun dia tampaknya tak takut dengan ancaman penangkapan. Bahkan Rhee berniat kembali ke Ukraina untuk melanjutkan perang setelah luka-lukanya sembuh.

Baca Juga

Kenang Almarhum Buya Syafii Maarif, Menteri PMK Muhadjir Effendy: Orangnya Easy Going

"Saya belum sepenuhnya meninggalkan medan perang, tapi pulang untuk memulihkan dari luka. Saya ingin kembali karena perang belum berakhir, masih banyak yang harus dilakukan," kata Rhee, dikutip dari Reuters, Jumat (27/5/2022).

Dia menderita cedera ligamen pada kedua kaki, namun sudah bisa berjalan kembali.

Baca Juga

Cerita Haedar Nashir 30 Menit Mendampingi Buya Syafii Maarif Sebelum Meninggal

Sekitar 10 polisi menunggunya saat dia turun dari pesawat di bandar. Rhee kini menjalani karantina selama seminggu sebagai tindakan pencegahan Covid-19. Setelah masa karantina, dia akan diperiksa.

"Saya akan bekerja sama dalam penyelidikan," katanya.

Kepolisian Korsel sejauh ini belum memberikan keterangan. Namun juru bicara militer membenarkan Rhee pernah bertugas di pasukan elite AL.

Keterlibatan Rhee dalam perang di Ukraina diketahui setelah dia mengunggah foto-foto di media sosial.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korsel pada pertengahan Maret, beberapa hari setelah keberangkatan Rhee, melaporkan pria itu ke polisi dengan tuduhan melanggar UU paspor.

Korea Selatan melarang warganya bepergian ke Ukraina pada Februari karena alasan keamanan. Di bawah UU, mereka yang menentang larangan bisa dipenjara maksimal 1 tahun atau denda 10 juta won.

Editor: Ainun Najib