Mengenal Gus Baha, Penasihat Pusat Studi Tafsir Quran dan Hadis UII Yogyakarta
                
            
                YOGYAKARTA, iNews.id – Sosok KH Bahauddin Nursalim atau akrab dengan panggilan Gus Baha sudah tak asing lagi bagi publik. Keilmuan Gus Baha mendapat pengakuan dari banyak pihak, ia pun dijadikan penasihat pusat studi tafsir Quran dan Hadis di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Kepala Divisi Pendidikan dan Dakwah DPPAI UII Ahmad Sadzali mengatakan, tahun lalu UII Yogyakarta mendirikan pusat studi tafsir Quran Hadis atau disingkat Tafaquh. Dalam pusat studi ini posisi Gus Baha menjadi penasihat.
                                    “Keilmuan beliau itu sudah tidak diragukan lagi,” katanya, Kamis (16/6/2022)
                                    Kendati tak memiliki akun media sosial ataupun aktif menggunakan perangkat teknologi, nama Gus Baha cukup familiar bagi pengguna media sosial. Ceramah-ceramah menyejukkan dan mudah dimengerti khalayak luas kerap disampaikan.
Dari data yang dihimpun iNews.id, Gus Baha lahir 29 September 1970. Dia merupakan ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari Rembang.
                                    Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar Alquran. Gus Baha memperdalam ilmu agama di pesantren.
                                    Gus Baha merupakan murid kesayangan kiai kharismatik NU, KH Maimun Zubair, Rembang. Ayah Gus Baha seorang ulama pakar Alquran dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Kiai Nursalim al-Hafizh,
Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha merupakan generasi keempat ulama Ahli Alquran. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu.
                                    Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha sekaligus dijadikan Ketua Tim Lajnah Mushaf UII Yogyakarta.
Gus Baha duduk bersama para profesor, doktor dan ahli-ahli Quran dari seluruh Indonesia seperti Prof Quraisy Syihab, Prof Zaini Dahlan, Prof Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.
 
Pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof Quraisy bahwa kedudukan Gus Baha di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai mufassir, juga sebagai mufassir faqih karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam Alquran. 
Posisi Gus Baha ada pada dua keahlian, yakni sebagai mufassir seperti anggota lajnah yang lain, juga sebagai Faqihul Quran yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fikih dalam ayat-ayat ahkam Alquran.(*)
Editor: Febrian Putra