Mengenang Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono, 2 Pahlawan Revolusi yang Jarang Diketahui

JAKARTA, iNews.id - Pahlawan revolusi ternyata bukan hanya tujuh tokoh yang gugur di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Ada dua tokoh lainnya yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Yogyakarta.
Keduanya yakni Brigadir Jenderal (Anumerta) Katamso Dharmakusumo dan Kolonel Anumerta R Sugiyono Mangunwiyoto.
Dilansir dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional serta buku Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia', dapat dilihat keduanya ditangkap dan disiksa PKI hingga tewas.
Katamso dilahirkan pada 5 Februari 1923 di Sragen. Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang dia mengikuti pendidikan militer pada Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Kemudian dia diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan da masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dia diangkat menjadi Komandan Kompi di Klaten, kemudian bertugas sebagai Komandan Kompi Batalyon 28 Divisi IV.
Pada Agresi Militer Belanda II beberapa kali pasukan yang dipimpinnya terlibat dalam pertempuran dengan Belanda. Katamso berhasil menumpas pemberontakan dalam tubuh Batalyon 426 di Jawa Tengah tahun 1951.
Tahun 1958 dia dikirim ke Sumatra Barat untuk menumpas pemberontakan PRRl sebagai Komandan Batalyon "A" Komando Operasi 17 Agustus. Setelah itu menjadi Kepala Staf Resimen Team Pertempuran (RIP) II Diponegoro di Bukittinggi.
Sementara itu, Sugiyono lahir pada 12 Agustus 1926 di Desa Gedaran, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Pada masa pendudukan Jepang Sugiyono mendapat pendidikan militer pada Pembela Tanah Air (PETA). Kemudian dia diangkat menjadi Budancho di Wonosan. Pada masa kemerdekaan, Sugiyono masuk TKR di Yogyakarta dan bertugas sebagai Komandan Seksi.
Pada tahun 194 7 dia diangkat sebagai ajudan Komandan Brigade 10 di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto dan ikut serta dalarn Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Setelah Pengakuan Kedaulatan Sugiyono ikut menumpas pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan.
Setelah itu jabatan yang dipegangnya adalah menjadi Kepala Staf Komando Resort Militer (Korem) 072, Komando Daerah Militer (Kodarn) VII Diponegoro di Yogyakarta (1965).
Keduanya merupakan sosok yang menjadi musuh dari PKI. Terlebih Katamso, yang dulunya merupakan pembina aktif Resimen Mahasiswa (Menwa) untuk bisa siap menghadapi ancaman PKI jika kian memanas.
Ketika peristiwa G30SPKI meletus, Katamso dan Sugiyono ditangkap di Yogyakarta. Keduanya mendapat siksaan dari PKI hingga pada akhirnya tewas. Dalam kasus Katamso, dirinya bahkan disiksa dengan dipukul kepalanya hingga pecah dengan tangkai mortir.
Jasad dari dua pahlawan ini akhirnya ditemukan pada 22 Oktober 1965. Mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Untuk memberi penghormatan kepada keduanya, pemerintah membuatkan sebuah monumen yang bernama Monumen Pahlawan Pancasila.
Editor: Donald Karouw