Pakar UGM: Remdesivir untuk Keadaan Darurat, Obat Covid-19 Belum Ada
YOGYAKARTA, iNews.id – Penggunaan remdesivir sebagai obat untuk pasien Covid-19 telah mendapatkan persetujuan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun, obat ini hanya bisa diberikan dalam kondisi emergency use authorization (EUA).
Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinis UGM, Zullies Ikawati mengatakan, izin edar obat ini dalam bentuk EUA. Artinya, izin penggunaan obat diberikan secara darurat karena belum ada obat Covid-19 yang definitif dan disetujui.
“Jadi bukan keadaan darurat, tetapi karena pasien dalam kondisi darurat ya,” kata Zullies.
Remdesivir tidak bisa didapat secara bebas di pasaran. Obat langsung didistribusikan ke rumah sakit dan tidak tersedia di apotek. WHO telah menggunakan obat ini untuk penyembuhan pasien Covid-19 di berbagai negara. Hasilnya ada efektivitas yang baik saat dalam pengobatan pasien Covid-19.
Remdesivir merupakan obat anti virus, yang dulu dikembangkan untuk mengatasi virus RNA dan pernah diujicobakan saat ada wabah Ebola dan MERS. Remdesivir berupa senyawa analog mirip dengan adenosine dan bisa menyusup ke dalam rantai RNA. Obat ini bekerja dengan menghambat replikasi virus dalam tubuh.
“Penggunaan obat ini mampu mempersingkat penyembuhan pasien Covid-19,” katanya.
Keunikan remdesivir berupa prodrug, yakni obat akan mengalami perubahan menjadi zat aktif ketika sudah berada dalam tubuh pasien. Ini akan mendorong masuknya obat ke dalam sel dan melindungi obat sampai di tempat kerjanya. Modifikasi pada remdesivir adalah gugus karbon nitrogen (CN) yang melekat pada gula.
“Pada akhirnya ini menghentikan produksi untai RNA dan menyabotase replikasi virus," ucapnya.
Remdesivir juga mampu merubah ikatan C-N menjadi C-C, dengan enzim targetnya yaitu RNA-dependent RNA Polymerase, yang akan tetap berada dalam rantai RNA yang tumbuh dan memblokir replikasi virus.
Remdesivir hanya boleh digunakan pada pasien Covid-19 dengan usia diatas 12 tahun dan berat badan minimal 40 kilogram. Pemberiannya dengan injeksi infus, hari pertama sebanyak 200 miligram, lalu di hari kedua dan berikutnya diberikan sebanyak 100 miligram per hari.
Zullies mengingatkan, Remdesivir memiliki sejumlah efek samping, di antaranya mual dan muntah. Selain itu bisa meningkatkan enzim transaminase yang berpotensi merusak liver. Penggunaan remdesivir bagi wanita hamil dan bagi ibu menyusui juga belum diketahui. Pada uji pre klinik pada tikus dan kera diketahui penggunaan remdesivir bisa mempengaruhi ginjal pada janin.
Editor: Kuntadi Kuntadi